Perdana Menteri (PM) Belgia Alexander de Croo menanggapi dengan berang insiden kekerasan yang mewarnai aksi demo untuk memprotes penerapan langkah-langkah anti-COVID-19 yang lebih ketat. Dia menyebut peristiwa itu "benar-benar tidak dapat diterima".
Pada hari Minggu (21/11), sekitar 35.000 ribu orang turun ke jalan-jalan di Brussels untuk memprotes aturan vaksin yang lebih ketat, yang diterapkan untuk mengendalikan lonjakan kasus infeksi virus Corona. Tiga petugas polisi terluka ketika massa demonstran melemparkan batu dan melakukan aksi pembakaran di ibu kota Belgia itu.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Selasa (23/11/2021), berbicara kepada wartawan setelah pertemuan dengan PM Prancis Jean Castex, De Croo berterima kasih kepada polisi karena bekerja untuk melindungi ketertiban umum dalam "masa yang sangat, sangat sulit".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti beberapa negara Eropa lainnya, Belgia mengalami lonjakan tajam dalam jumlah kasus infeksi virus Corona saat musim dingin tiba, meskipun kampanye vaksinasi relatif berhasil.
Pekan lalu, pemerintah De Croo mengumumkan penerapan kembali aturan vaksin yang lebih ketat, termasuk wajib bekerja di rumah untuk beberapa orang dan wajib memakai masker.
Para demonstran yang meneriakkan "kebebasan, kebebasan" berbaris pada hari Minggu (21/11) di Brussels, setelah protes dan kekerasan serupa meletus di negara tetangga Belanda. Bentrokan dengan polisi pun tak terhindarkan.
"Kita hidup di negara bebas, kita bisa memprotes, tetapi cara beberapa demonstran berperilaku tidak ada hubungannya dengan kebebasan," cetus De Croo.
Simak Video: Protes Pembatasan Covid-19 di Belgia Ricuh, Massa Disemprot Water Cannon