Eks Diktator Korsel 'Penjagal Gwangju' Meninggal di Usia 90 Tahun

Eks Diktator Korsel 'Penjagal Gwangju' Meninggal di Usia 90 Tahun

Rita Uli Hutapea - detikNews
Selasa, 23 Nov 2021 13:17 WIB
korsel
Chun Doo-hwan (Foto: KIM JAE-HWAN AFP/File)
Jakarta -

Bekas diktator Korea Selatan (Korsel) Chun Doo-hwan meninggal pada hari Selasa (23/11) dalam usia 90 tahun. Chun menjadi salah satu tokoh negara yang paling dicerca meskipun dia juga jadi presiden pertama yang menyerahkan kekuasaan secara damai.

Semasa hidupnya, dia dikenal sebagai "Penjagal Gwangju" karena memerintahkan pasukan untuk menumpas pemberontakan melawan kekuasaannya tahun 1980 di kota Gwangju.

Seperti diberitakan kantor berita AFP, Selasa (23/11/2021), ajudan setianya, Min Jeong-ki mengatakan kepada wartawan bahwa mantan presiden itu meninggal di rumahnya di Seoul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepemimpinannya membawa Korsel ke kebangkitan ekonomi negara dan menjadikan Seoul sebagai tuan rumah Olimpiade 1988 untuk Seoul. Dia adalah presiden Korea Selatan pertama yang menyerahkan kekuasaan secara damai.

Seorang jenderal di militer Korea Selatan, Chun mengambil alih kekuasaan dalam kudeta setelah pembunuhan figur kuat Park Chung-hee pada tahun 1979.

ADVERTISEMENT

Dia adalah presiden dari 1980 hingga 1988, memerintah dengan tangan besi dan secara brutal menghancurkan lawan-lawannya.

Mantan diktator itu dikenal sebagai "Penjagal Gwangju" karena memerintahkan pasukannya untuk melakukan pemberontakan melawan kekuasaannya.

Pada tahun 1996, dia dihukum karena pengkhianatan dan dijatuhi hukuman mati, sebagian atas apa yang terjadi di Gwangju. Namun, eksekusinya diringankan di tingkat banding dan dia dibebaskan setelah pengampunan presiden.

Jumlah resmi korban tewas atau hilang di Gwangju adalah sekitar 200 orang, tetapi para aktivis mengatakan angka sebenarnya mungkin tiga kali lebih tinggi.

Chun dan para politisi sayap kanan di Korea Selatan menganggap peristiwa di Gwangju sebagai "kerusuhan". Mantan diktator itu membantah terlibat langsung dalam penindasan pemberontakan.

Selama pemerintahannya, Chun juga selamat dari sebuah upaya pembunuhan.

Pada kunjungan kenegaraan ke Myanmar pada tahun 1983, agen Korea Utara mencoba membunuhnya dengan mengebom sebuah upacara peringatan.

Di tahun-tahun terakhirnya, Chun menghadapi banyak persidangan. Dia dinyatakan bersalah atas pencemaran nama baik tahun lalu sehubungan dengan pemberontakan Gwangju.

Halaman 3 dari 2
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads