Jerman tengah dilanda lonjakan kasus COVID-19 secara besar-besaran. Bahkan pada Kamis (11/11) waktu setempat, negara Eropa itu mencatat rekor lebih dari 50 ribu dalam sehari, rekor tertinggi sejak pandemi. Apa yang terjadi?
Seperti diberitakan CNBC.com, Jumat (12/11/2021), Jerman sempat dipuji atas tanggapan awalnya terhadap pandemi COVID-19, dengan program pengujian yang luas dan pelacakan yang efisien, serta standar perawatan kesehatan yang tinggi, yang membantu mencegah kasus infeksi dan kematian meluas. Respons pandemi awal negara itu jauh lebih berhasil daripada tetangganya di Eropa Barat, seperti Prancis dan Italia.
Namun, seperti tetangga-tetangganya, upaya vaksinasi Jerman berjalan lambat dan harus menghadapi skeptisisme vaksin yang keras kepala dalam populasinya. Hingga saat ini, 69,8% populasi di Jerman telah menerima satu vaksinasi COVID-19 dan 67,3% populasi telah divaksinasi lengkap. Ini kurang tinggi dibandingkan dengan 79,8% populasi Inggris di atas usia 12 tahun yang sekarang telah divaksinasi lengkap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peningkatan tajam jumlah kasus COVID-19 baru-baru ini di Jerman telah disalahkan pada tingkat vaksinasi yang lebih rendah. Hal ini mendorong politisi untuk menyerukan dorongan untuk kampanye imunisasi.
Pekan lalu, Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn, mengatakan, "Kita saat ini mengalami pandemi terutama di antara mereka yang tidak divaksinasi dan sangat masif." Dia pun mendesak warga Jerman untuk mendapatkan vaksin booster (penguat).
Beberapa negara bagian di Jerman yang paling parah lonjakan kasus Corona-nya, termasuk Saxony, Bavaria, dan yang terbaru Berlin, telah memberlakukan aturan pembatasan-pembatasan baru terhadap orang yang tidak divaksinasi di sebagian besar tempat-tempat umum dalam ruangan.
Calon pengganti Kanselir Jerman Angela Merkel, Olaf Scholz, mengatakan pusat-pusat vaksinasi Jerman harus dibuka kembali dalam upaya untuk mendorong lebih banyak warga untuk divaksinasi.
"Virus itu masih ada di antara kita dan mengancam kesehatan warga," kata Scholz, dalam pidatonya di parlemen seperti dilaporkan Reuters.
Lihat juga video 'WHO: Eropa Pusat Pandemi walau Vaksin Melimpah':