Salah satu teroris paling dicari oleh otoritas Inggris, Samantha Lewthwaite, diyakini kini berada di Yaman. Lewthwaite yang dijuluki 'Janda Putih' ini diduga kini bertempur melawan pasukan pemerintah Yaman.
Seperti dilansir Arab News, Selasa (9/11/2021), keberadaan terbaru Lewthwaite itu diungkapkan surat kabar Inggris, The Sun, dalam laporan terbarunya.
"Lokasi terakhir Lewthwaite yang diketahui adalah Yaman," tutur seorang sumber yang dikutip The Sun dalam laporannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lewthwaite yang kini berusia 37 tahun dikaitkan dengan serentetan serangan teroris di Inggris, Afrika dan Timur Tengah. Dia diyakini terlibat dalam serangan tahun 2013 di Kenya yang menewaskan lima warga Inggris dan 66 orang lainnya.
Dinas keamanan setempat juga meyakini Lewthwaite ada di balik kekejaman lainnya, termasuk pembunuhan nyaris 150 orang oleh kelompok teroris Somalia, Al-Shabaab, di Kenya tahun 2015 lalu.
Suami Lewthwaite diketahui sebagai salah satu pengebom bunuh diri yang menyerang London pada 7 Juli 2005 dan menewaskan sedikitnya 56 orang.
"Mencoba untuk mendapatkan informasi intelijen di sana sama sulitnya seperti di Suriah saat rezim IS (ISIS atau Islamic State of Iraq and Syria) berada di puncaknya. Hampir tidak ada kehadiran Barat di Yaman karena sangat berbahaya," sebut sumber yang dikutip The Sun.
Lihat juga Video: Lautan Manusia Rayakan Maulid Nabi di Yaman
"Dan dengan tidak adanya bukti sebaliknya, diasumsikan dia masih hidup dan didukung oleh ekstremis," imbuh sumber tersebut.
Dipahami bahwa Lewthwaite kini bertugas merekrut wanita pengebom bunuh diri di Yaman untuk serangan-serangan terhadap pasukan pemerintah. Bahkan dilaporkan bahwa dia membayar keluarga pengebom bunuh diri sebesar US$ 4.000 (Rp 56,9 juta) untuk setiap serangan.
Lewthwatie juga diduga merekrut anak-anak laki-laki, dengan yang termuda berusia 15 tahun, untuk serangan bom bunuh diri. Dia disebut mencekoki mereka dengan narkoba, termasuk heroin, agar mereka bisa menjalankan misi bom bunuh diri.
Red Notice dari Interpol telah dirilis untuk penangkapannya setelah serangan tahun 2013 di Kenya. Namun menangkap Lewthwaite terbukti sulit dilakukan dengan dia berpindah-pindah tempat dari Afrika ke Timur Tengah bekerja sama dengan berbagai organisasi teroris.