Seorang terpidana pembunuh muntah dan mengalami kejang-kejang saat dieksekusi dengan suntikan mematikan di negara bagian Oklahoma, Amerika Serikat.
John Grant (60) adalah narapidana pertama yang dieksekusi mati di Oklahoma sejak serangkaian eksekusi yang bermasalah menyebabkan moratorium sementara hukuman mati di negara bagian itu.
Grant, yang berkulit hitam, dijatuhi hukuman mati atas pembunuhan tahun 1998 terhadap pekerja kafetaria penjara berkulit putih, Gay Carter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Jumat (29/10/2021), para wartawan yang menyaksikan eksekusi mati itu pada Kamis (28/10) waktu setempat, mengatakan pada konferensi pers, bahwa Grant telah muntah dan mengalami kejang seluruh tubuh sekitar 24 kali sebelum dia dinyatakan meninggal.
Sebelumnya, pengadilan banding federal telah menunda eksekusi mati Grant atas kekhawatiran tentang campuran obat yang digunakan untuk membunuh para terpidana mati di negara bagian itu. Namun, Mahkamah Agung yang condong konservatif mencabut penundaan di menit-menit terakhir dan mengizinkan eksekusi mati dilanjutkan.
Pengacara Grant telah berpendapat bahwa penggunaan obat penenang midazolam akan merupakan hukuman yang kejam dan tidak biasa, melanggar hak konstitusionalnya.
Midazolam diidentifikasi sebagai faktor potensial dalam serangkaian eksekusi bermasalah di Oklahoma, yang terakhir dilakukan pada tahun 2015.
Meski begitu, kantor jaksa agung Oklahoma, meminta Mahkamah Agung untuk membatalkan penundaan itu dan pengadilan tertinggi AS itu melakukannya beberapa jam sebelum jadwal eksekusi mati Grant, dengan hanya tiga hakim liberal yang keberatan.
Simak juga 'AS Tentang Israel Bangun 1.300 Permukiman di Tepi Barat':