Peraih Hadiah Nobel Perdamaian Malala Yousafzai, yang pernah ditembak oleh militan Taliban Pakistan saat masih sekolah, menulis surat terbuka untuk kelompok yang kini menjadi penguasa baru Afghanistan tersebut. Dia mendesak Taliban untuk mengizinkan anak-anak perempuan kembali ke sekolah.
Sudah satu bulan sejak Taliban yang merebut kekuasaan pada Agustus, melarang anak-anak perempuan kembali ke sekolah menengah, sementara memerintahkan anak laki-laki kembali bersekolah.
Seperti dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (19/10/2021), Taliban telah mengklaim bahwa mereka akan mengizinkan anak-anak perempuan kembali ke sekolah setelah mereka memastikan keamanan dan pemisahan yang lebih ketat di bawah interpretasi mereka terhadap hukum Islam. Namun, banyak yang skeptis akan janji Taliban ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kepada otoritas Taliban ... batalkan larangan de facto terhadap pendidikan anak perempuan dan segera membuka kembali sekolah menengah untuk anak perempuan," tulis Yousafzai dan sejumlah aktivis hak-hak perempuan Afghanistan dalam sebuah surat terbuka yang diterbitkan pada hari Minggu (17/10) waktu setempat.
Yousafzai meminta para pemimpin negara-negara Muslim untuk menjelaskan kepada Taliban bahwa "agama tidak membenarkan melarang anak perempuan pergi ke sekolah".
"Afghanistan sekarang satu-satunya negara di dunia yang melarang pendidikan anak perempuan," demikian bunyi surat tersebut, yang juga ikut ditulis oleh kepala komisi hak asasi manusia Afghanistan di bawah pemerintah terdahulu yang didukung AS, Shaharzad Akbar.
Para penulis juga meminta para pemimpin dunia G20 untuk menyediakan dana mendesak untuk rencana pendidikan bagi anak-anak Afghanistan.
Lihat Video: Warga Pakistan Minta Taliban Berantas ISIS di Afghanistan
Sebuah petisi yang menyertai surat itu pada hari Senin (18/10) telah menerima lebih dari 640.000 tanda tangan.
Aktivis pendidikan, Malala Yousafzai ditembak oleh militan dari Tehreek-e-Taliban Pakistan, sebuah cabang dari Taliban Afghanistan, di kota kelahirannya di lembah Swat saat berada di bus sekolah pada tahun 2012.
Sekarang berusia 24 tahun, dia mengadvokasi pendidikan anak perempuan, dengan mendirikan organisasi nirlaba Malala Fund yang telah menginvestasikan US$ 2 juta di Afghanistan.