Pemerintah China membela aktivitas militernya mengerahkan puluhan jet tempur ke dekat wilayah Taiwan dan meningkatkan latihan militer di seberang wilayah Taiwan. China menegaskan langkah itu diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan mempertahankan wilayahnya.
Seperti dilansir Associated Press, Rabu (13/10/2021), China mengerahkan 56 jet tempur dan pesawat militer ke dekat wilayah Taiwan dalam sehari pada awal bulan ini, yang mencetak rekor sebagai pengerahan militer terbanyak dalam sehari dan mengakhiri tekanan militer China yang total melibatkan 149 penerbangan.
Semua jet tempur dan pesawat militer China itu mengudara di wilayah udara internasional, namun aktivitas semacam itu memicu kekhawatiran bahwa kesalahan langkah apapun bisa memicu eskalasi tak diduga di kawasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taiwan memandang langkah China sebagai ancaman untuk merebut kembali pulau itu, bahkan dengan kekuatan militer jika diperlukan. Kedua pihak terpecah dalam perang sipil tahun 1949 dan tidak memiliki kontak resmi sejauh ini.
Dalam pernyataan terbaru, juru bicara Kantor Urusan Taiwan pada pemerintahan China, Ma Xiaoguang, memberikan penjelasan dan pembelaan untuk aktivitas militer China tersebut.
"Secara fundamental menjaga kepentingan keseluruhan bangsa China dan kepentingan vital rakyat di kedua sisi Selat Taiwan," tegas Ma merujuk pada tujuan aktivitas militer China tersebut.
"Latihan Tentara Pembebasan Rakyat merupakan tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas wilayah," imbuhnya dalam konfererensi pers di Beijing.
Lebih lanjut, Ma menyalahkan tindakan pemerintah Taiwan dan keterkaitannya dengan 'kekuatan eksternal' sebagai pemicu meningkatnya ketegangan.
Para pengamat luar menyebut manuver militer China dimaksudkan untuk merendahkan kemampuan pertahanan Taiwan, sembari membuat warga melawan pemimpin mereka melalui bentuk perang psikologis.
Taiwan, yang merupakan sekutu dekat Amerika Serikat (AS), kerap mengerahkan jet tempurnya untuk mencegat pesawat-pesawat militer China dan mengaktifkan sistem pertahanan udara untuk memantau pergerakan pesawat militer China tersebut.
Taiwan juga berupaya meningkatkan pertahanan dengan membeli teknologi baru dari AS dan mengembangkan sistem domestik, termasuk kapal selam.
Survei opini publik menunjukkan mayoritas warga Taiwan mendukung untuk mempertahankan status independen de-facto, tanpa menyerah pada tuntutan China untuk penyatuan politik.