Amerika Serikat (AS) mengklaim pembicaraannya dengan kelompok Taliban di Doha, Qatar, berlangsung 'jujur dan profesional'. Namun, Taliban justru menuding negeri Paman Sam itu bermain dua kaki.
Dalam pertemuan itu, AS menegaskan bahwa Taliban yang kini menguasai Afghanistan akan dinilai dari tindakan mereka, bukan hanya kata-kata mereka saja.
Seperti dilansir Reuters, Senin (11/10/2021), pertemuan tatap muka antara AS dan Taliban itu menjadi yang pertama digelar sejak tentara AS menarik pasukan dari Afghanistan dan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya menyebut bahwa delegasi AS dalam dialog akhir pekan di Doha fokus membahas kekhawatiran keamanan dan terorisme, serta soal jalur aman bagi warga negara AS, warga negara lainnya dan warga Afghanistan.
Kemudian juga membahas soal hak asasi manusia (HAM), termasuk partisipasi berarti oleh perempuan dalam segala aspek di masyarakat Afghanistan. Baik AS maupun Taliban juga disebut membahas bantuan kemanusiaan AS untuk rakyat Afghanistan.
"Diskusinya berlangsung jujur dan profesional dengan delegasi AS menegaskan kembali bahwa Taliban akan dinilai dari tindakannya, tidak hanya kata-katanya," demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS.
Lihat juga video 'Ledakan Dahsyat Hantam Masjid di Kunduz Afghanistan':
Taliban Minta AS Cabut Blokir
Pada Sabtu (9/10) waktu setempat, Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Luar Negeri Afghanistan menuturkan kepada Al Jazeera bahwa perwakilan Taliban meminta AS untuk mencabut pemblokiran dana cadangan Bank Sentral Afghanistan.
Sementara para pejabat pemerintahan Presiden Joe Biden menuturkan kepada Reuters pada Jumat (8/10) waktu setempat bahwa delegasi AS akan menekan Taliban untuk membebaskan warga AS bernama Mark Frerichs yang diculik.
Prioritas utama lainnya adalah membuat Taliban memenuhi komitmen mereka untuk tidak membiarkan Afghanistan kembali menjadi sarang Al-Qaeda ataupun kelompok ekstremis lainnya.
Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan sekitar 20 tahun setelah kelompok radikal ini digulingkan pasukan AS karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda saat itu, mendiang Osama bin Laden, menyusul serangan teror 11 September 2001 di AS.
Para pejabat AS menyebut bahwa pertemuan itu menjadi kelanjutan dari 'keterlibatan pragmatis' dengan Taliban dan 'bukan soal memberikan pengakuan atau memberikan legitimasi' untuk Taliban.
Taliban Tuding AS Main Dua Kaki
Kelompok Taliban mengungkapkan bahwa AS sepakat untuk memberikan bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan yang ada di ambang bencana ekonomi. Disebutkan juga bahwa AS menolak memberikan pengakuan politik untuk pemerintahan Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan.
Seperti dilansir Associated Press, Senin (11/10/2021), pernyataan itu disampaikan Taliban setelah pembicaraan tatap muka dengan AS digelar untuk pertama kalinya sejak penarikan pasukan asing, termasuk tentara AS, dari Afghanistan dituntaskan pada akhir Agustus lalu.
Otoritas AS memberikan pernyataan yang kurang definitif, dengan hanya mengatakan bahwa kedua pihak 'membahas pemberian bantuan kemanusiaan yang kuat dari Amerika Serikat, secara langsung untuk rakyat Afghanistan'.
Taliban dalam pernyataannya menyebut pembicaraan di Doha, Qatar, pada akhir pekan 'berjalan dengan baik'.
Disebutkan juga oleh Taliban bahwa dalam pembicaraan itu, AS membebaskan bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan setelah menyepakati untuk tidak mengaitkan bantuan semacam itu dengan pengakuan resmi terhadap Taliban.
AS sebelumnya memperjelas bahwa pembicaraan langsung itu sama sekali bukan pendahuluan untuk mengakui Taliban, yang berkuasa di Afghanistan sejak pertengahan Agustus lalu usai pemerintahan yang didukung Barat kolaps.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, menyebut diskusi itu berlangsung 'jujur dan profesional', dengan pihak AS menegaskan kembali bahwa Taliban akan dinilai berdasarkan tindakan mereka, bukan hanya kata-kata.
"Delegasi AS fokus pada kekhawatiran keamanan dan terorisme, dan jalur aman bagi warga negara AS, warga negara asing lainnya dan mitra Afghanistan kami, juga pada hak asasi manusia (HAM), termasuk partisipasi berarti oleh wanita dan perempuan dalam segala aspek di masyarakat Afghanistan," sebutnya.
Sementara itu, juru bicara politik Taliban, Suhail Shaheen, juga menuturkan kepada Associated Press bahwa Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Luar Negeri Taliban meyakinkan AS selama pembicaraan di Doha, Taliban berkomitmen menjaga tanah Afghanistan tidak dimanfaatkan oleh ekstremis untuk meluncurkan serangan terhadap negara-negara lainnya.
Dalam pernyataannya, Taliban juga menyatakan pihaknya akan 'memfasilitasi pergerakan warga negara asing secara berprinsip'