Amerika Serikat (AS) menggelar dialog langsung dengan kelompok Taliban pada akhir pekan ini di Qatar. Dialog ini menjadi yang pertama digelar secara langsung antara otoritas AS dan perwakilan Taliban sejak AS menarik tentaranya dari Afghanistan pada Agustus lalu.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (9/10/2021), juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengungkapkan bahwa delegasi AS akan bertemu dengan sejumlah perwakilan senior Taliban di Doha, Qatar, pada Sabtu (9/10) dan Minggu (10/10) waktu setempat.
AS diketahui melakukan kontak dengan Taliban sejak kelompok radikal itu menguasai Kabul pada Agustus lalu, namun pertemuan di Doha akan menjadi yang pertama dilakukan secara langsung atau tatap muka antara kedua belah pihak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan menekan Taliban untuk menghormati hak-hak seluruh warga Afghanistan, termasuk perempuan dan anak perempuan, dan untuk membentuk pemerintah inklusif dengan dukungan luas," ucap juru bicara Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya.
Baca juga: PBB Tunjuk Pelapor Khusus untuk Afghanistan |
"Ketika Afghanistan menghadapi prospek kontraksi ekonomi parah dan potensi krisis kemanusiaan, kami juga akan menekan Taliban untuk memberikan akses bebas bagi badan-badan kemanusiaan ke area-area yang dibutuhkan," imbuhnya.
Departemen Luar Negeri AS menekankan bahwa pertemuan itu tidak mengindikasikan bahwa AS mengakui kekuasaan Taliban di Afghanistan.
"Kami tetap memperjelas bahwa legitimasi apa pun harus didapatkan melalui tindakan Taliban sendiri," tegas juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Simak juga 'Pertemuan Perdana Petinggi Taliban dengan Pejabat Inggris':
Disebutkan juga bahwa dalam pertemuan dengan Taliban, delegasi AS akan membahas prioritas utama pemerintahan Presiden Joe Biden agar warga negara AS dan warga negara Afghanistan yang pernah membantu operasi militer AS selama 20 tahun, bisa meninggalkan Afghanistan dengan aman.
Otoritas AS mengatakan bahwa Taliban sebagian besar bersedia bekerja sama dalam mengizinkan warga negara AS meninggalkan Afghanistan. Para pejabat AS menyebut ada sekitar 100 orang, yang kebanyakan warga AS keturunan Afghanistan, masih belum memutuskan apakah akan meninggalkan negara itu.
Namun AS mengakui bahwa pihaknya tidak bisa mengeluarkan sebagian besar warga Afghanistan sekutunya yang ingin meninggalkan negaranya saat evakuasi kacau puluhan ribu orang pada Agustus lalu.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS tidak menyebut secara spesifik soal siapa yang akan mewakili kedua pihak dalam pertemuan langsung di Doha itu.