Pemerintah Prancis bergerak untuk menutup enam masjid dan membubarkan beberapa asosiasi yang diduga memproduksi propaganda Islam radikal.
Demikian diumumkan Menteri Dalam Negeri Prancis Gerard Darmanin pada Selasa (28/9) waktu setempat.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (29/9/2021), Darmanin mengatakan kepada surat kabar Le Figaro, sepertiga dari 89 tempat ibadah yang "dicurigai radikal" dan ditandai oleh dinas intelijen telah diperiksa sejak November 2020.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakannya, dari puluhan tempat ibadah tersebut, tindakan untuk menutup enam masjid - di lima wilayah berbeda di seluruh Prancis - telah diluncurkan.
Pihak berwenang juga akan meminta pembubaran penerbit Islamis, Nawa dan Liga Pertahanan Afrika Hitam (LDNA).
Darmanin mengatakan bahwa Nawa, yang berbasis di kota Ariege, Prancis selatan, "menghasut pemusnahan orang-orang Yahudi dan melegitimasi rajam bagi kaum homoseksual."
Darmanin menambahkan bahwa LDNA, penyelenggara protes menentang kekerasan polisi di depan kedutaan AS di Paris pada Juni tahun lalu, telah "menyerukan kebencian dan diskriminasi".
"Tahun depan, 10 asosiasi lainnya akan menjadi objek prosedur pembubaran, empat di antaranya bulan depan," kata Darmanin.
Pekan lalu, Dewan Negara, pengadilan administratif tertinggi Prancis, menyetujui langkah pemerintah untuk membubarkan Collective against Islamophobia in France (CCIF) dan Baraka City.
Pemerintah Prancis mengambi tindakan-tindakan tersebut setelah pemenggalan guru Samuel Paty pada Oktober 2020.
Paty menjadi sasaran setelah kampanye online terhadap dirinya karena telah menunjukkan kepada murid-muridnya kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan oleh majalah satir Charlie Hebdo saat pelajaran kewarganegaraan.
Darmanin juga mengatakan dia telah meminta pemerintah regional untuk menolak setiap izin tinggal untuk imam yang dikirim oleh negara asing.
Simak juga '2 Momen Presiden Prancis Diserang Warga':