China Serukan Cabut Segera Sanksi-sanksi Afghanistan!

China Serukan Cabut Segera Sanksi-sanksi Afghanistan!

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 24 Sep 2021 12:39 WIB
Chinese Foreign Minister Wang Yi, left, and Norwegian Foreign Minister Ine Eriksen Soreide hold a press conference after political talks they had earlier in the evening in Oslo, Thursday, Aug. 27, 2020. The visit is part of a round trip to several European countries. (Heiko Junge/NTB scanpix via AP)
Menlu China, Wang Yi (dok. Heiko Junge/NTB scanpix via AP)
Beijing -

Pemerintah China menyerukan agar sanksi-sanksi terhadap Afghanistan segera dicabut. China juga menyatakan agar cadangan devisa Afganistan tidak seharusnya dibekukan demi memberikan 'tekanan politik' untuk kelompok Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan.

Seperti dilansir South China Morning Post, Jumat (24/9/2021), seruan itu disampaikan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dalam pertemuan virtual dengan negara-negara G20 pada Kamis (23/9) waktu setempat.

"Sanksi-sanksi ekonomi terhadap Afghanistan harus berakhir," cetus Wang dalam pertemuan virtual itu, seperti dikutip pernyataan Kementerian Luar Negeri China.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berbagai sanksi atau pembatasan sepihak terhadap Afghanistan seharusnya dicabut sesegera mungkin," ujarnya.

Wang juga mengkritik langkah untuk membekukan cadangan Bank Sentral Afghanistan sebesar US$ 95 miliar yang disimpan di Amerika Serikat (AS).

ADVERTISEMENT

"Cadangan devisa Afghanistan merupakan aset nasional yang seharusnya menjadi milik dan digunakan oleh rakyatnya, dan tidak digunakan sebagai alat tawar-menawar untuk memberikan tekanan politik terhadap Afghanistan," ucapnya.

Dalam pernyataannya, Wang juga menyerukan kepada Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan pihak lainnya untuk membebaskan rekening pemerintah Afghanistan 'sesegera mungkin' dan memberikan bantuan ekonomi kepada Afghanistan.

IMF diketahui memblokir akses Taliban terhadap bantuan senilai US$ 440 juta karena 'ketidakjelasan dalam komunitas internasional' soal pengakuan terhadap rezim baru yang kini berkuasa di Afghanistan.

Bank Dunia dan Uni Eropa juga menangguhkan bantuan untuk Afghanistan. Uni Eropa sebelumnya menjanjikan pendanaan jangka panjang dan darurat senilai US$ 1,4 miliar untuk Afghanistan dalam empat tahun ke depan.

Afghanistan telah sejak lama bergantung pada bantuan asing -- yang menyumbang 43 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu tahun lalu, menurut Bank Dunia. Namun dengan penangguhan bantuan dan pendanaan sejak Taliban berkuasa, Afghanistan kini berada di ambang keruntuhan ekonomi.

Krisis kemanusiaan di Afghanistan juga semakin memburuk, dengan Program Pangan Dunia pada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memperingatkan bahwa satu dari dua warga Afghanistan menghadapi kerawanan pangan.

Untuk menangkal krisis, menurut PBB pekan lalu, para negara donatur termasuk AS dan negara-negara Eropa menjanjikan pendanaan darurat lebih dari US$ 1 miliar untuk Afghanistan.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads