Kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria-Khorasan (ISIS-K) mengklaim bertanggung jawab atas rentetan ledakan bom yang mengenai kendaraan milik Taliban di wilayah Jalalabad, Afghanistan. Rentetan ledakan bom ini dilaporkan menewaskan tiga orang dan melukai puluhan orang lainnya.
Seperti dilansir AFP, Senin (20/9/2021), klaim itu disampaikan ISIS-K dalam dua pernyataan yang dirilis melalui sayap propaganda ISIS, Amaq, pada Minggu (19/9) waktu setempat.
Dalam pernyataannya, ISIS-K mengklaim telah mendalangi 'tiga serangan bom terpisah' yang menargetkan tiga 'kendaraan Taliban' di Jalalabad pada Sabtu (18/9) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebuah 'serangan bom' lainnya terhadap 'sebuah kendaraan Taliban' pada Minggu (19/9) waktu setempat.
Laporan media lokal menyebut bahwa sebuah truk pikap yang membawa para petempur Taliban menjadi target serangan bom di kota Jalalabad pada Minggu (19/9) waktu setempat.
Sejumlah saksi mata menuturkan kepada media lokal bahwa beberapa petempur Taliban mengalami luka-luka akibat ledakan itu dan dilarikan ke rumah sakit setempat. Menurut salah satu jurnalis setempat, ledakan bom itu terjadi di dekat persimpangan untuk transportasi dari dan ke ibu kota Kabul.
Sumber yang dikutip Reuters menyebutkan sedikitnya tiga orang tewas dan sekitar 20 orang lainnya luka-luka akibat rentetan ledakan di Jalalabad pada akhir pekan ini.
Diketahui bahwa Jalalabad adalah ibu kota provinsi Nangarhar, yang merupakan benteng bagi ISIS-K, yang semakin aktif sejak jatuhnya Kabul ke tangan Taliban pada pertengahan Agustus lalu.
Meskipun ISIS-K dan Taliban sama-sama kelompok Islamis Sunni garis keras, kedua kelompok berbeda dalam masalah keagamaan dan strategis. Perbedaan ini sempat memicu pertempuran berdarah antara kedua kelompok
Ledakan bom di Jalalabad ini menjadi ledakan mematikan pertama sejak tentara Amerika Serikat (AS) ditarik dari Afghanistan pada akhir Agustus lalu.
ISIS-K sebelumnya juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom dan penembakan mematikan yang menewaskan lebih dari 100 orang di gerbang bandara Kabul pada akhir Agustus lalu.