Sedikitnya 10 pesawat militer China terdeteksi menyusup ke dalam zona pertahanan udara Taiwan. Sebagai responsnya, Angkatan Udara Taiwan mengerahkan jet-jet tempur untuk mengusir pesawat-pesawat China tersebut.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (17/9/2021), Taiwan mengeluhkan selama setahun terakhir soal aksi berulang Angkatan Udara China yang mengerahkan pesawat-pesawat militer mereka, yang seringkali memasuki zona pertahanan udara di bagian barat daya negara itu atau dekat Kepulauan Pratas yang dikuasai Taiwan.
Kementerian Pertahanan Taiwan dalam pernyataannya menyebut penyusupan terbaru China melibatkan enam jet tempur J-16 dan dua jet tempur J-11 ditambah satu pesawat anti-kapal selam dan satu pesawat pengintai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Militer Taiwan mengirimkan pesawat tempur mereka untuk memperingatkan dan mengusir pesawat-pesawat China itu.
Disebutkan juga oleh Kementerian Pertahanan Taiwan bahwa sistem rudal turut dikerahkan untuk memantau pergerakan pesawat-pesawat militer China itu.
Menurut peta yang dirilis Kementerian Pertahanan Taiwan, jet-jet tempur China itu mengudara di area dekat Kepulauan Pratas. Sementara pesawat anti-kapal selam dan pesawat pengintai China mengudara ke Selat Bashi yang memisahkan Taiwan dengan Filipina.
Belum ada komentar resmi dari China terkait insiden ini.
Tonton juga Video: Saat Jet-jet Tempur Taiwan Mendarat di Jalanan
Namun diketahui bahwa insiden ini terjadi sehari setelah Taiwan mengumumkan anggaran pertahanan tambahan sebesar US$ 8,69 miliar untuk lima tahun ke depan, termasuk pengadaan rudal-rudal baru. Anggaran tambahan itu diusulkan dalam rangka menangkal apa yang disebut sebagai 'ancaman parah' dari China.
Berbicara pada Jumat (17/9) waktu setempat, sebelum penyusupan pesawat China terjadi, Perdana Menteri (PM) Taiwan, Su Tseng-chang, menyatakan pemerintah harus menanggapi ancaman China secara serius. "Komunis China berkomplot melawan kita terus-menerus," ucapnya.
"(Anggaran pertahanan Taiwan) Didasarkan pada upaya menjaga kedaulatan nasional dan keamanan nasional. Kita tidak boleh santai. Kita harus memiliki persiapan terbaik agar tidak terjadi perang," imbuh Su Tseng-chang.