Mantan pengawal Presiden Emmanuel Macron diadili pada hari Senin (13/9) waktu setempat karena menyerang dua orang selama protes 2018 saat menyamar sebagai petugas polisi. Insiden itu telah menyebabkan rasa malu yang besar pemimpin Prancis yang ketika itu baru terpilih.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Senin (13/9/2021), Macron, yang telah menjadikan integritas di pekerjaan sebagai landasan kampanyenya, terpaksa memecat Alexandre Benalla, sekarang berusia 30 tahun, setelah muncul sebuah video muncul yang menunjukkan dia menyerang seorang pria muda dan mencengkeram leher seorang wanita muda pada aksi protes May Day pada 2018.
Saat itu, mantan pengawal Macron itu mengenakan helm polisi, meski hanya diberi izin mendampingi aparat keamanan sebagai pengamat.
Namun, kepresidenan menunda pelaporan serangan itu kepada pihak berwenang, dan baru terungkap setelah harian Prancis, Le Monde mengungkapkan keberadaan video tersebut beberapa bulan kemudian.
Para pejabat telah membantah tuduhan menutup-nutupi tetapi "Benallagate" menggelembung menjadi ujian besar pertama bagi Macron, yang meraih kursi kepresidenan setahun sebelumnya dengan janji memulihkan Prancis.
Pemerintahan Macron selamat dari dua mosi tidak percaya di parlemen, tetapi panel investigasi Senat yang menanyai para pembantu utama Macron menemukan "kelemahan besar" dalam penanganan masalah itu oleh pemerintah.
Benalla didakwa dengan penyerangan serta campur tangan tidak sah dalam urusan polisi dan penggunaan lencana polisi. Dia mengklaim dirinya bertindak "secara refleks" untuk membantu petugas menangkap pengunjuk rasa yang nakal.
Simak juga 'Momen Presiden Prancis Ditampar Seorang Pria':
(ita/ita)