Presiden Tunisia Umumkan Rencana Amandemen Konstitusi

Presiden Tunisia Umumkan Rencana Amandemen Konstitusi

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Minggu, 12 Sep 2021 15:24 WIB
Tunisias President Kais Saied speaks during the new government swearing-in ceremony at Carthage Palace on the eastern outskirts of the capital Tunis on September 2, 2020, following a confidence vote by parliament. - Tunisias parliament has approved a new technocratic government tasked with tackling deep social and economic woes in the North African country, ending weeks of uncertainty in the young democracy. Mechichi was confirmed by 134-67 votes in an overnight session to lead Tunisias second cabinet in six months, made up of judges, academics, civil servants and private-sector executives. (Photo by FETHI BELAID / AFP)
Presiden Tunisia, Kais Saied (Foto: AFP/FETHI BELAID)
Jakarta -

Presiden Tunisia, Kais Saied, telah mengumumkan rencana untuk mengamandemen konstitusi dan membentuk pemerintahan baru. Rencana ini disampaikan beberapa bulan setelah dirinya memecat Perdana Menteri Hichem Mechichi dan menangguhkan parlemen, dalam gerakan yang disebut pengkritiknya sebagai kudeta.

Pada Sabtu (11/9) lalu, Saied mengatakan dia akan 'sesegera mungkin' membentuk pemerintahan baru, setelah memilih 'orang-orang dengan integritas paling tinggi'. Meski begitu, Saied tak menjelaskan detail terkait kapan rencananya itu akan diwujudkan.

"Rakyat Tunisia menolak konstitusi," katanya, sambil menambahkan bahwa aturan tersebut tidak abadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami bisa memperkenalkan amandemen," imbuhnya kepada dua stasiun TV, seperti dilansir AFP dan Al Jazeera, Minggu (12/9/2021).

Pada Kamis (9/9), salah satu penasihat Saied mengatakan kepada Kantor berita Reuters bahwa sang presiden berencana untuk menangguhkan konstitusi dan menawarkan versi amandemen melalui referendum, yang mendorong oposisi dari partai politik dan serikat buruh UGTT yang kuat.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Saied juga mengambil alih otoritas eksekutif setelah memecat Perdana Menteri Hicham Mechichi. Eskalasi politik terjadi setelah ribuan warga Tunisia turun ke jalan memprotes penanganan pandemi COVID-19. Demonstrasi tersebut kemudian berakhir ricuh.

Presiden Saied juga mengumumkan pembekuan parlemen Tunisia selama 30 hari dan menangguhkan kekebalan semua deputi. Dia mengklaim langkahnya itu diperbolehkan dalam kasus "bahaya yang akan segera terjadi" berdasarkan Pasal 80 konstitusi Tunisia.

"Konstitusi tidak mengizinkan pembubaran parlemen, tetapi mengizinkan pekerjaannya ditangguhkan," kata Saied.

Saied, yang terpilih sebagai Presiden Tunisia pada akhir 2019, mengklaim dirinya sebagai penafsir utama konstitusi. Langkahnya pun mendapat kritik oleh para hakim dan lawan politiknya, khususnya partai Ennahdha yang terinspirasi Islam, blok terbesar di parlemen.

Awal bulan ini, para diplomat dari negara-negara G7 - Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan AS - meminta Saied mengembalikan Tunisia ke "tatanan konstitusional" dan mendesaknya untuk menyampaikan jalan yang jelas ke depan terkait masa depan negaranya.

Simak juga 'Tunisia Bergejolak: PM Dipecat, Parlemen Dibekukan':

[Gambas:Video 20detik]



(izt/dhn)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads