20 Tahun Berlalu, Kasus 5 Tersangka Serangan 9/11 Mandek Tanpa Kejelasan

20 Tahun Berlalu, Kasus 5 Tersangka Serangan 9/11 Mandek Tanpa Kejelasan

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 11 Sep 2021 10:54 WIB
The U.S. flag flies over Camp VI, a prison used to house detainees at the U.S. Naval Base at Guantanamo Bay, in this file photo taken March 5, 2013. The White House is considering a
Ilustrasi (REUTERS/Bob Strong/Files)
Havana -

Amerika Serikat (AS) memperingati 20 tahun serangan teroris 11 September 2001 atau 9/11 pada akhir pekan ini. Namun, kasus yang menjerat lima tersangka yang dituduh merencanakan serangan 9/11 masih mandek tanpa kejelasan.

Seperti dilansir CNN, Sabtu (11/9/2021), sidang praperadilan untuk kelima tersangka yang mendekam di penjara Teluk Guantanamo, Kuba, kembali digelar mulai Selasa (7/9) lalu. Sidang itu menjadi yang pertama digelar secara langsung dalam 1,5 tahun terakhir karena adanya pandemi virus Corona (COVID-19).

Namun diketahui bahwa kasus yang dimaksudkan untuk menegakkan keadilan bagi nyaris 3.000 korban tewas serangan 9/11 ini terhambat oleh pergantian personel pengadilan, terutama hakim persidangan, dan puluhan mosi luar biasa yang diajukan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada pekan pertama sidang praperadilan langsung sejak Februari 2020, tim kuasa hukum menghabiskan waktu dalam persidangan untuk menanyai hakim soal pengalaman dan pemahaman mereka soal berbagai masalah dalam kasus yang molor bertahun-tahun ini, termasuk soal penyiksaan dan hukuman mati.

Dalam sidang terakhir minggu ini, yang digelar Jumat (10/9) waktu setempat, kuasa hukum memperdebatkan salah satu mosi soal bukti apa yang akan didapatkan kuasa hukum terdakwa dari pemerintah AS terkait masa-masa yang dihabiskan terdakwa dalam tahanan CIA di beberapa lokasi yang dirahasiakan, yang dikenal sebagai 'black sites', pada awal tahun 2000-an lalu.

ADVERTISEMENT

Kelima tersangka, termasuk Khalid Sheikh Mohammed yang disebut sebagai dalang utama serangan 9/11, telah mendekam di penjara Guantanamo sejak tahun 2006 lalu.

Kelimanya resmi dijerat dakwaan tahun 2012 saat masa kepresidenan Barack Obama, namun kasusnya berlarut-larut selama bertahun-tahun. Mulai dari adanya pergantian tim kuasa hukum dan jaksa penuntut, juga hakim yang memimpin persidangan, hingga perdebatan soal bukti-bukti.

Simak Video: Kenang Tragedi 9/11, Biden: Berusaha Membahayakan AS, Kami Buru!

[Gambas:Video 20detik]



Dalam sidang terbaru, ada empat hakim yang memimpin persidangan, termasuk hakim Kolonel Matthew McCall dari Angkatan Udara AS. Karena kasus ini disidangkan oleh komisi militer AS, maka para hakim yang memimpin persidangan ditunjuk oleh militer dan merupakan bagian dari militer AS.

Kelima tersangka bisa terancam hukuman mati dalam kasus ini. Namun tim kuasa hukum juga melontarkan argumen bahwa kelima tersangka disiksa secara brutal selama dalam tahanan CIA dan mereka menderita gangguan kesehatan berbeda.

"Dampak penyiksaan akan selalu ada. Hal-hal itu kita hadapi setiap hari," ucap Gary Sowards, salah satu anggota tim kuasa hukum untuk Khalid Sheikh Mohammed.

"Ketika Anda tergantung dari langit-langit selama berhari-hari... Anda tidak tahu apa yang terjadi," ungkap Cheryl Bormann, salah satu kuasa hukum untuk tersangka Walid Muhammad Slaih Mubarak bin 'Attash, dalam persidangan merujuk pada penyiksaan yang dialami kliennya dalam tahanan CIA.

Fakta bahwa kuasa hukum tersangka masih memperdebatkan soal bukti yang bisa mereka akses menunjukkan seberapa jauh kasus ini akan selesai, dan betapa jauhnya misi awal, yakni membawa keadilan untuk keluarga korban serangan 9/11, terasa.

"Saya hampir berhenti membuat perkiraan sidang karena setiap perkiraan yang saya buat selalu salah, tapi tidak ada skenario nyata untuk sidang sebelum dua tahun," ucap James Connell, yang memimpin tim kuasa hukum untuk tersangka Ali Abdul Aziz Ali.

Keluarga korban serangan 9/11 duduk di bagian belakang ruang sidang militer selama tiga sidang praperadilan digelar pekan ini. Mereka duduk terpisah dari awak media dan pemantau sidang lainnya.

Elizabeth Berry yang kehilangan saudara laki-lakinya, Kapten Billy Burke, dalam serangan 9/11 di World Trade Center di New York, memilih untuk memperingati momen 20 tahun kepergian saudaranya itu di Guantanamo. Berry mendatangi pengadilan militer di Guantanamo secara rutin, meskipun persidangan masih terhenti pada fase praperadilan setelah bertahun-tahun

"Saya ingin melihat resolusi. Peristiwa ini terjadi 20 tahun lalu. Dia itu telah berdampak pada saya secara mendalam, pada keluarga saya dan keluarga lebih dari 3.000 orang," ucapnya seperti dilansir AFP.

"Pada peringatan 20 tahun, di sinilah saya ingin berada karena kita kembali ke praperadilan, karena saya merasakan optimisme dan harapan bahwa ini pada akhirnya benar-benar akan bergerak maju," imbuh Berry.

"Saya frustrasi. Seperti Anda ketahui, dunia berlanjut. Dan banyak orang di Amerika Serikat sekarang, khususnya orang-orang muda, belum lahir saat 9/11. Jadi itu bukan hal yang banyak Anda dengar di media lagi," tuturnya.

Dia menyatakan keyakinan bahwa jaksa dan hakim baru yang menangani kasus ini akan membawa kasus ini maju.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads