Kelompok Taliban sepakat untuk mengizinkan 200 warga sipil Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lainnya meninggalkan Afghanistan setelah proses evakuasi besar-besaran diakhiri AS pada 31 Agustus lalu.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (9/9/2021), hal tersebut diungkapkan seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya kepada Reuters.
Menurut pejabat AS itu, Taliban ditekan oleh Perwakilan Khusus AS Zalmay Khalilzad untuk mengizinkan evakuasi ratusan warga AS dan warga negara lainnya yang masih tertinggal di Afghanistan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan bahwa 200 warga sipil itu akan diterbangkan dari bandara Kabul pada Kamis (9/9) waktu setempat.
Diketahui bahwa pesawat militer asing terakhir meninggalkan Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul pada tengah malam 31 Agustus lalu, saat batas akhir penarikan tentara asing, termasuk AS, dari Afghanistan.
Terkait evakuasi terbaru ratusan warga sipil ini, tidak disebutkan lebih lanjut apakah ini mencakup ratusan warga sipil yang terjebak selama berhari-hari di bandara Mazar-i-Sharif karena pesawat charter yang mereka sewa tidak boleh terbang meninggalkan Afghanistan.
"Ratusan lainnya masih menunggu di Mazar-i-Sharif," tutur Nama Vanier dari perusahaan pembangunan dan penelitian Sayara, yang membantu mengamankan pendanaan swasta untuk dua pesawat penumpang Airbus A340 demi mengangkut 680 warga Afghanistan.
"Mereka adalah orang-orang dari badan kemanusiaan, orang-orang yang bekerja untuk perusahaan asing dan para jurnalis -- termasuk seorang reporter wanita yang mengalami percobaan pembunuhan," imbuh Vanier seperti dilansir AFP.
Vanier yang sebelumnya sukses membantu 51 warga Afghanistan dan keluarganya dievakuasi dari bandara Kabul, menyebut rintangan seringkali datang dari AS. "Kesan kami adalah, jika ada dukungan kuat dari otoritas Amerika, Taliban akan mengakomodasi," ucapnya.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS, Antony Blinken, menyatakan AS terus berupaya memfasilitasi penerbangan semacam itu, namun memiliki sumber daya terbatas di lapangan. "Kami memperjelas kepada Taliban bahwa pesawat charter ini harus bisa berangkat," tegasnya pada Rabu (8/9) waktu setempat.