Ratusan Orang Tertinggal di Afghanistan, Pemerintah Inggris Dihujat

Ratusan Orang Tertinggal di Afghanistan, Pemerintah Inggris Dihujat

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 30 Agu 2021 16:23 WIB
London -

Pemerintah Inggris dihujani kecaman terkait proses evakuasi yang tergesa-gesa dari Afghanistan usai Taliban berkuasa. Terlebih setelah terungkap ratusan orang yang memenuhi syarat untuk dievakuasi dan direlokasi, masih tertinggal di Afghanistan.

Seperti dilansir AFP, Senin (30/8/2021), Perdana Menteri (PM) Boris Johnson memuji misi evakuasi itu 'tidak seperti apapun yang pernah kita lihat dalam hidup kita' setelah Inggris mengangkut lebih dari 15.000 orang dalam dua pekan terakhir.

Tentara-tentara Inggris tiba di pangkalan udara Brize Norton, Inggris bagian selatan, pada Minggu (29/8) waktu setempat, setelah menuntaskan evakuasi di Afghanistan. Inggris terpaksa melakukan penarikan tentara mengikuti keputusan sekutunya, Amerika Serikat (AS), dalam mengakhiri kehadiran militer selama 20 tahun terakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PM Johnson dalam pernyataannya memuji upaya evakuasi dalam 'situasi mengerikan' itu dan memastikan militer bahwa pengerahan selama berpuluh-puluh tahun 'tidak sia-sia' setelah Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan.

Namun, para mantan pejabat maupun pejabat yang masih aktif mengecam pemerintah Inggris yang dianggap gagal, sembari menyatakan lebih banyak warga Afghanistan yang bisa diselamatkan.

ADVERTISEMENT

Broadsheet sayap kiri, The Observer, yang mengutip seorang whistleblower mengungkapkan bahwa ribuan email dari anggota parlemen dan yayasan amal kepada Kementerian Luar Negeri Inggris yang menyoroti sejumlah warga Afghanistan yang terancam Taliban, sama sekali tidak dibuka.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Dominic Raab sebelumnya dikritik keras karena tidak segera mengakhiri liburannya saat Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan.

The Observer menyebut pihaknya melihat sebuah akun email yang dibuat Kementerian Luar Negeri Inggris untuk menerima permohonan semacam itu, memiliki 5.000 email yang belum dibuka pekan lalu. Email-email itu mencakup pesan dari kantor-kantor kementerian dan pemimpin oposisi Partai Buruh, Keir Starmer.

"Mereka tidak mungkin tahu (berapa banyak orang yang tertinggal) karena mereka bahkan tidak membaca email-emailnya," sebut sang whistleblower tersebut.

Kantor Kementerian Luar Negeri Inggris merespons dengan mengatakan bahwa tim krisis telah bekerja 24 jam setiap harinya 'untuk memilah-milah email dan panggilan masuk'.

Para pejabat Inggris memberikan perkiraan bervariasi soal berapa banyak warga Afghanistan yang memenuhi syarat relokasi namun tidak diterbangkan dalam penerbangan evakuasi yang berakhir pada Sabtu (28/8) lalu.

Kepala Angkatan Bersenjata Inggris, Jenderal Sir Nick Carter, menyebut jumlahnya mencapai 'ratusan orang'. Sedangkan seorang Menteri Inggris yang tidak disebut namanya dan dikutip The Sunday Times menyatakan: "Saya menduga kita bisa membawa keluar 800 hingga 1.000 orang lagi."

Menteri yang sama mengecam Menlu Raab yang disebutnya 'tidak melakukan apa-apa' untuk menjalin hubungan dengan negara-negara ketiga yang menjadi jalur masuk warga Afghanistan yang bisa direlokasi ke Inggris.

Laporan ini muncul setelah media Inggris, The Times, pekan lalu melaporkan temuan informasi detail para staf dan pelamar kerja pada Kedutaan Besar Inggris di Kabul ditinggalkan begitu saja tanpa dihancurkan di gedung kedutaan yang kini dijaga Taliban. Hal semacam ini memicu bahaya bagi mereka.

Halaman 3 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads