Mantan Presiden Bolivia, Jeanine Anez, dilaporkan dalam kondisi 'stabil' di rumah sakit setempat, setelah melakukan percobaan bunuh diri di dalam sel penjara tempatnya ditahan.
Perempuan itu mendekam di penjara atas tuduhan genosida terkait kematian sejumlah demonstran pada tahun 2019 lalu.
Seperti dilansir AFP, Senin (23/8/2021), Anez (54) melakukan percobaan bunuh diri karena mengalami 'depresi parah' karena dipenjara dalam jangka waktu lama. Informasi itu diungkapkan oleh anak perempuan Anez, Carolina Ribera, pada Minggu (22/8) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami bisa mengatakan, tanpa keraguan, bahwa kesehatannya stabil," tutur direktur penjara tempat Anez ditahan, Juan Carlos Limpias, kepada wartawan.
"Saat ini, dia bersama keluarganya di lembaga pemasyarakatan. Keluarga akan menjadi faktor penting untuk memperbaiki kondisi pikirannya," imbuhnya.
Otoritas Bolivia telah mengumumkan bahwa Anez berupaya mengakhiri nyawanya di dalam penjara. Menteri Dalam Negeri Eduardo del Castillo menyatakan Anez hanya mengalami luka 'goresan' di lengannya pada Sabtu (21/8) waktu setempat dan kini dalam kondisi stabil.
Oposisi mengecam perlakuan pemerintah terhadap Anez dan menyerukan pembebasannya. Mantan Presiden Carlos Mesa menyerukan diakhirinya 'pemenjaraan politik' terhadap Anez.
Keluarga Anez berulang kali meminta pemerintah memindahkannya ke rumah sakit untuk menjalani perawatan medis atas hipertensi dan gangguan kesehatan lainnya yang dideritanya.
Lihat juga video 'Iran: Tindakan Kriminal Israel Harus Diakui Sebagai Genosida':
Diketahui bahwa Anez berkuasa sejak November 2019 setelah Presiden Evo Morales mengundurkan diri dan kabur dari negaranya menyusul unjuk rasa besar-besaran terkait terpilihnya kembali Morales dalam pemilu yang diwarnai kontroversi.
Tuduhan terhadap Anez berkaitan dengan dua insiden pada November 2019, yang menewaskan total 22 orang.
Jaksa Agung Juan Lanchipa telah mengajukan dokumen dakwaan terhadapnya yang di dalamnya menyebut insiden itu 'diklasifikasikan sebagai genosida, yang memicu luka-luka serius dan ringan yang diikuti dengan kematian'.