Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak aparat negaranya untuk mencegah masuknya pengungsi dari Afghanistan setelah pengambilalihan oleh Taliban. Alasannya, Putin mengkhawatirkan para militan bisa masuk dengan kedok mencari suaka.
"Mitra Barat kita terus-menerus mengangkat masalah tentang penempatan pengungsi di negara-negara Asia Tengah sebelum memperoleh visa ke Amerika Serikat atau negara lain," kata Putin dalam pertemuan para pejabat partai berkuasa, Rusia Bersatu.
"Tapi siapa di antara para pengungsi ini? Bagaimana kita bisa tahu?" ujarnya seperti diberitakan kantor berita AFP, Senin (23/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemimpin Rusia itu memperkirakan bahwa "ratusan, bahkan ratusan ribu, atau bahkan jutaan" orang mungkin ingin melarikan diri dari Afghanistan.
Putin mengatakan, beberapa negara bekas republik Uni Soviet di Asia Tengah berbagi perbatasan, baik dengan Afghanistan dan Rusia, yang memungkinkan "para militan dengan kedok pengungsi" untuk mencapai negara itu.
Masalah Afghanistan akan dibahas Senin (23/8) waktu setempat pada pertemuan puncak Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), aliansi militer beberapa bekas negara republik Soviet yang dipimpin oleh Rusia, yang digelar secara online.
Sebelumnya pada Jumat (20/8) lalu, Putin telah menyuarakan keprihatinannya, dengan mengatakan "teroris" dapat memasuki negara-negara tetangga dari Afghanistan, termasuk "dengan kedok pengungsi".
Diketahui bahwa Kedutaan Besar Rusia adalah salah satu dari sedikit perwakilan luar negeri di Kabul, ibu kota Afghanistan yang tidak dievakuasi. Seperti diberitakan DW, dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Echo of Moscow, Duta Besar Rusia untuk Afganistan Dmitry Zhirnov bahkan memuji Taliban dan mengatakan, dalam pembicaraan soal keamanan kedutaan, pendekatan Taliban "baik, positif, seperti bisnis biasa."
Hal senada disampaikan utusan khusus presiden Rusia untuk Afghanistan, Samir Kabulov. "Kami tidak khawatir," katanya saat ditanya soal reaksi Moskow terhadap pergantian kekuasaan di Afghanistan.
Di saluran televisi pemerintah Russia-1, dia menekankan bahwa Rusia memiliki "hubungan baik" dengan bekas pemerintah Afganistan maupun dengan kelompok militan Taliban, sekalipun Taliban di Rusia dilarang dan terdaftar sebagai organisasi teroris.