Rayakan Hari Kemerdekaan Afghanistan, Taliban Klaim Menang Atas AS

Rayakan Hari Kemerdekaan Afghanistan, Taliban Klaim Menang Atas AS

Novi Christiastuti - detikNews
Kamis, 19 Agu 2021 19:28 WIB
Warga terus memadati Bandara Kabul, Afghanistan. Mereka berniat meninggalkan negaranya.
Ilustrasi -- Para petempur mengibarkan bendera Taliban usai mengambil alih kekuasaan di Afghanistan (dok. AP Photo)
Kabul -

Kelompok Taliban merayakan hari kemerdekaan Afghanistan yang jatuh pada Kamis (19/8) waktu setempat dengan mengklaim kemenangan atas Amerika Serikat (AS). Taliban yang baru saja mengambil alih kekuasaan di Afghanistan ini menyebut AS sebagai 'kekuatan yang arogan'.

Seperti dilansir CNN, Kamis (19/8/2021), tanggal 19 Agustus merupakan hari kemerdekaan Afghanistan dari kolonialisme Inggris, yang ditandai dengan Perjanjian Anglo-Afghan tahun 1919 silam, yang juga dikenal sebagai Perjanjian Rawalpindi.

"Alhamdulillah, hari ini kita merayakan ulang tahun kemerdekaan dari pendudukan Inggris, sementara kita -- dengan rahmat Allah -- dan berkat perlawanan Jihadi, telah mengalahkan kekuatan lain yang kuat dan arogan dan memaksanya menarik diri dari tanah Afghanistan yang murni," demikian pernyataan Taliban, merujuk pada AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak diragukan bahwa kemenangan yang mulia ini dicapai oleh Allah di tangan orang-orang tak berdaya seperti rakyat Afghanistan, yang mengalahkan tiga kekaisaran arogan dalam tiga abad berturut-turut," sebut Taliban dalam pernyataannya, merujuk pada AS, Soviet dan Inggris.

"Berkat berkah inilah kita bekerja bersama dengan semua kejujuran dan ketulusan untuk membentuk sistem Islam ini, untuk menyatukan negara ini, untuk mengangkatnya dan memajukannya," imbuh pernyataan tersebut.

ADVERTISEMENT

"Kami meminta Allah untuk memberikan kesuksesan bagi orang-orang Muslim dalam mencapai keinginan luhur ini untuk Afghanistan. Biarkan itu diatur oleh Quran, dan damai atas Anda dan Imarah Islam Afghanistan," demikian bunyi pernyataan Taliban.

Beberapa jam kemudian, Taliban menyerukan kepada para imam atau penceramah di seluruh Afghanistan untuk mendorong warga bekerja sama dengan pemerintahan yang akan datang dalam salat Jumat, menggarisbawahi upaya-upaya mereka untuk menjembatani penduduk Afghanistan dengan nilai-nilai fundamentalis garis keras mereka.

Diketahui bahwa ketika berkuasa tahun 1996-2001 silam, Taliban memanfaatkan hukum syariah sebagai pembebasan untuk serangkaian hukuman sarat kekerasan dan represif, termasuk eksekusi mati di depan umum, hukuman rajam untuk pelaku zina dan hukuman potong tangan untuk pencuri.

"Kami meminta seluruh penceramah terhormat untuk menyampaikan khotbah Jumat besok... Mendorong warga untuk bekerja sama demi membangun dan memajukan bangsa tanpa berupaya melarikan diri dari itu, dan untuk mengembalikan semua kader dan kekayaan ke negara ini," imbau Komisi Advokasi, Panduan, dan Rekrutmen Taliban dalam pernyataan via akun Twitter mereka.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads