Siapa Pemimpin Taliban, Kelompok yang Kini Kuasai Afghanistan?

Siapa Pemimpin Taliban, Kelompok yang Kini Kuasai Afghanistan?

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 18 Agu 2021 12:37 WIB
Jakarta -

Siapa pemimpin Taliban kini disorot pasca Afghanistan kini dikuasai kelompok militan tersebut. Dalam kurun waktu singkat, Taliban mampu merebut sederet ibu kota provinsi hingga Kabul berada dalam situasi menegangkan.

Kelompok Taliban sudah pernah menguasai Afghanistan selama 5 tahun lamanya. Kala itu, Taliban terkenal dengan berbagai hukum Islam garis kerasnya.

Lalu Siapa Pemimpin Taliban?

Taliban pertama kali didirikan dan dipimpin oleh Mullah Mohammed Omar. Setelah terjadinya invasi AS pada 2001, Mullah menghilang dan tidak diketahui keberadaannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Begitu rahasia keberadaannya sehingga kematiannya, pada tahun 2013, baru dikonfirmasi dua tahun kemudian oleh putranya

Saat ini, Taliban berada di bawah kepemimpinan Hibatullah Akhundzada.

ADVERTISEMENT

Mullah Baradar Kembali ke Afghanistan Setelah 20 Tahun

Salah satu pendiri Taliban lainnya, Mullah Baradar dikabarkan akan kembali ke Afghanistan. Hal itu diumumkan juru bicara biro politik Taliban, Muhammad Naeem Wardak, mengumumkan via Twitter pada Selasa (17/8) waktu setempat bahwa Baradar telah tiba di Kandahar, Afghanistan.

"Sore ini, delegasi petinggi Imarah Islam, yang dipimpin Mullah Baradar, Deputi Politik dan Kepala Kantor Politik Imarah Islam Afghanistan, tiba di negara tercinta dan mendarat di Bandara Kandahar," sebut Naeem Wardak dalam cuitannya, seperti dilansir CNN, Rabu (18/8/2021).

Menurut sumber yang mengamati pergerakan Baradar, dia terbang dari Doha, Qatar, langsung menuju ke Kandahar. Kedatangan Baradar kian memunculkan kekhawatiran akan kembalinya sistem pemerintahan Taliban seperti di masa lalu.

Pada 2010 lalu, Baradar disebut pernah ditangkap di Pakistan dan dibebaskan pada 2018, saat Amerika Serikat (AS) mengintensifkan upaya untuk meninggalkan Afghanistan.

Tahun lalu, Baradar yang menjadi kepala perunding Taliban berbicara via telepon dengan Presiden Donald Trump yang saat itu masih menjabat. Percakapan telepon keduanya dilakukan setelah Taliban dan AS menandatangani perjanjian bersejarah di Qatar pada Maret 2020.

Trump saat itu menyebut percakapan telepon mereka berlangsung dengan baik. "Hubungannya saya dengan Mullah sangat baik. Mereka ingin menghentikan kekerasan, mereka akan menghentikan kekerasan," ucap Trump saat itu.

Awal Mula Lahirnya Taliban di Afghanistan

Setelah mengetahui siapa pemimpin Taliban, ada penjelasan pula soal sejarah singkat berdirinya kelompok ini.

Dalam buku 'Inside The Jihad' karya Omar Nasiri, Taliban disebut sebagai gerakan fundamentalis Islam. Taliban pertama kali lahir di Afghanistan pada 1994.

Selang dua tahun kemudian, yakni pada 1996, Taliban berhasil merebut tampuk kekuasaan pemerintahan di kota Kabul. Saat itu, pemerintahan Burhanuddin Rabbani berhasil digulingkan.

Saat itu, Taliban memperoleh dukungan awal dari penduduk etnis Pashtun di selatan Afghanistan, kecuali wilayah bagian utara yang tetap berada di bawah kendali Aliansi Utara. Slogan Islam Huwa al-Hall (Islam adalah solusi) identik dengan Taliban kala itu.

Kritik internasional dan sanksi PBB atas pelanggaran HAM tertuju kepada Taliban. Tak hanya itu, Taliban juga dikecam lantaran membatasi peran wanita dalam kehidupan sosial hingga membantu persembunyian pemimpin organisasi teroris Al-Qaeda, Osama bin Laden.

Selama 1996-2001, Taliban dikenal melakukan berbagai tindakan ekstrem, seperti brutal membantai lawan-lawannya, bersekutu dengan kelompok teroris, menindas hak-hak perempuan, menerapkan hukuman kejam, hingga menghancurkan situs kuno berusia 1.500 tahun lantaran dianggap musyrik dari ajaran agama Islam.

Bahkan dalam buku 'Pengantar Dasar Kajian Terorisme Abad 21' yang ditulis Syarifurohmat Pratama Santoso, Taliban dan sekutunya juga melakukan pembantaian warga sipil hingga menyabotase pasokan makanan dari PBB untuk 160 ribu warga sipil yang kelaparan.

Hukum yang ditafsirkan sebagai hukum Syariah juga diperkenalkan Taliban kala berkuasa, seperti eksekusi di depan umum terdakwa pembunuhan dan pezina (rajam) dan potong tangan bagi mereka yang diputuskan bersalah karena pencurian.

Laki-laki di Afghanistan juga wajib menumbuhkan jenggot, sedangkan para perempuan wajib mengenakan burka yang menutup seluruh tubuh.

Televisi, musik, dan bioskop juga dilarang. Anak perempuan di atas sepuluh tahun tak diperbolehkan bersekolah. Atas seluruh aturan tersebut, Taliban dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan budaya.

Kini, Taliban kembali berhasil merebut kekuasaan Afghanistan. Namun pihaknya berjanji tidak ada pembalasan dan akan an mengabulkan amnesti untuk semua orang di Afghanistan, termasuk personel militer dan para penerjemah untuk pasukan asing.

Dalam pesan audio yang disebarluaskan melalui saluran Taliban, Wakil pemimpin Taliban, Maulvi Mohammad Yaqub, memerintahkan para petempur untuk tidak 'memasuki rumah-rumah warga atau menyita mobil-mobil mereka'. Meski begitu, janji-janji Taliban itu ditanggapi skeptis oleh komunitas internasional.

(izt/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads