Sedikitnya 15 penduduk desa tewas dalam dua hari belakangan ini. Hal itu terjadi dalam serangan yang dikaitkan dengan pemberontak Islam di dekat Beni di timur Republik Demokratik Kongo.
Dilansir dari AFP, Sabtu (7/8/2021), serangan pertama menewaskan sedikitnya sepuluh orang, termasuk lima wanita, di desa Mbingi, kata Kinos Kathuho, kepala kelompok masyarakat sipil di negara tetangga Mamove. Empat orang juga terluka, tambahnya.
Serangan kedua, Jumat pagi, terjadi hanya satu kilometer dari serangan pertama di Mapasana, kata pemimpin lokal Omar Kalisya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lima orang tewas di desa itu, katanya dengan beberapa orang lainnya dilaporkan hilang. Rumah-rumah dibakar dan toko-toko dijarah, tambah Kalisya.
Dalam kedua kasus tersebut, para korban diretas atau ditembak mati dan sumber-sumber menyalahkan Pasukan Demokrat Sekutu (ADF), yang menurut AS terkait dengan kelompok Negara Islam.
"Situasinya serius," Kalisya memperingatkan, dengan warga mengeluhkan kurangnya keamanan militer di wilayah tersebut, tiga bulan setelah Presiden Felix Tshisekedi memproklamasikan keadaan pengepungan di provinsi Kivu Utara, yang mencakup Beni, dan provinsi tetangga Ituri.
Tshisekedi pada tanggal 6 Mei mengambil tindakan terkuat yang bisa dia ambil di bawah konstitusi, dalam upaya untuk mengakhiri ketidakamanan endemik di timur di mana pembantaian dan bentrokan yang melibatkan kelompok-kelompok bersenjata telah terjadi sejak berakhirnya Perang Kongo Kedua pada tahun 2003.
Gereja Katolik DRC mengatakan ADF, yang awalnya merupakan kelompok pemberontak Islam Uganda, telah membunuh sekitar 6.000 warga sipil sejak 2013,
(eva/eva)