Para jaksa di Jerman mulai menyelidiki banjir mematikan yang menewaskan banyak orang bulan lalu. Penyelidikan akan difokuskan pada dugaan kelalaian oleh kepala distrik Ahrweiler yang terdampak parah banjir tersebut.
Seperti dilansir AFP, Jumat (6/8/2021), kepala distrik Ahrweiler diduga lalai karena terlambat merilis peringatan banjir untuk warganya. Sedikitnya 189 orang tewas akibat banjir parah yang menerjang wilayah Jerman bagian barat pada pertengahan Juli lalu.
Banyaknya korban jiwa memicu pertanyaan soal apakah otoritas setempat telah melakukan hal yang cukup untuk memperingatkan warganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menindaklanjuti hasil penyelidikan awal, jaksa di wilayah Koblenz menyatakan hal itu 'menegaskan kecurigaan awal soal dugaan pembunuhan karena kelalaian dan cedera tubuh karena kelalaian...dan telah memulai penyelidikan'.
Kepala distrik Ahrweiler, Juergen Pfoehler, menjadi fokus penyelidikan karena dia memiliki 'satu-satunya wewenang pengambil keputusan' dan menjadi yang bertanggung jawab atas operasi penanganan bencana menurut regulasi terkini.
Ditambahkan jaksa setempat bahwa seorang anggota kelompok krisis lainnya, yang sempat mengambil alih komando respons darurat, juga tengah diselidiki. Identitasnya tidak disebut lebih lanjut.
Lihat juga video 'Jejak Banjir Bandang yang Porak-porandakan Jerman':
Setelah melakukan rekonstruksi peristiwa, para penyidik mendapati bahwa prakiraan cuaca soal banjir seharusnya membuat para pejabat setempat merilis peringatan segera dan mengevakuasi warga yang tinggal di dekat Sungai Ahr yang meluap pada 14 Juli, pukul 20.30 waktu setempat.
"Ini -- menurut kecurigaan awal -- jelas tidak dilakukan, atau tidak dilakukan dengan kejelasan yang diperlukan atau hanya dilakukan secara terlambat, sehingga bisa mengarah pada kelalaian," sebut jaksa setempat.
Sekitar 16 orang dilaporkan masih hilang hingga kini setelah aliran banjir menerjang kota-kota dan desa setempat, menghancurkan jembatan, jalanan, rel kereta api dan rumah-rumah warga.