Kepolisian Filipina sedang melakukan pembersihan internal dari unsur-unsur kelompok teror. Satu orang sudah dibersihkan. Dia adalah anggota kelompok Abu Sayyaf yang menginfiltrasi kepolisian negaranya Rodrigo Duterte tersebut.
"Saya senang personel kita mampu menangkap orang yang menjadi target, ini masih merupakan bagian dari kebijakan kebersihan intensif yang kami terapkan. Kebersihan jajaran harus dijaga untuk mendapatkan kembali kepercayaan dan keyakinan rakyat pada organisasi kita," ucap Kepala Kepolisian Nasional Filipina (PNP), Jenderal Guillermo Eleazar, dilansir Arab News, Selasa (3/8/2021).
Dilansir BBC, Abu Sayyaf adalah kelompok teroris yang ada di Filipina, punya reputasi buruk soal merampok, menculik, minta tebusan, dan membunuh manusia. Warga negara Indonesia juga pernah disandera Abu Sayyaf. Kelompok teroris ini juga pernah melakukan pengeboman di pesawat Philippines Airlines, menyeraeng memakai granat di pusat perbelanjaan, dan aksi-aksi terkutuk lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abu Sayyaf di kepulauan selatan Filipina ini juga disebut-sebut berbaiat ke ISIS, mulai pertengahan 2014. Singkatnya, Abu Sayyaf adalah kelompok teror paling buruk di Asia Tenggara.
Kini, ada pegawai sipil Kepolisian Nasional Filipina (PNP) terungkap sebagai anggota Abu Sayyaf. Jenderal Guillermo Eleazar memerintahkan 'pembersihan intensif' jajaran kepolisian setelah terungkapnya fakta ini.
Anggota Abu Sayyaf yang menjadi pegawai polisi itu bernama Masckur Adoh Patarasa alias Makong alias Omair Sail Taib. Dia ditangkap aparat lewat operasi intelijen di Jolo, Sulu, pada Jumat (30/7) kemarin.
Selanjutnya, Patarasa bocorkan info polisi ke Abu Sayyaf?
Simak juga 'Duterte ke Warganya: Jika Tak Mau Divaksin, Jangan Keluar Rumah!':
Adoh Patasara yang menjadi anggota Abu Sayyaf sekaligus pegawai polisi tersebut bukan anggota biasa melainkan anggota penting yang mengatur keuangan dan logistik Abu Sayyaf. Patasara menjadi tersangka dalam tujuh kasus terpisah terkait penculikan dan penahanan ilegal serius.
"Patarasa adalah personel aktif non-seragam (NUP) pada PNP yang saat ini ditugaskan di kantor polisi wilayah Banguingui, Kantor Polisi Provinsi Sulu, tapi juga seorang penghubung keuangan dan logistik untuk Dawlah Islamiyah dan kelompok Abu Sayyaf, dan masuk ke dalam perintah penangkapan darurat militer nomor 1 selama pengepungan Marawi tahun 2017," sebut Eleazar dalam pernyataannya.
Patarasa bocorkan info polisi ke Abu Sayyaf?
Jenderal Eleazar juga menyebut bahwa Patarasa bergabung kelompok Abu Sayyaf tahun 2001 di bawah Khadaffy Janjalani di Basilan dan kemudian bekerja untuk pemimpin senior Abu Sayyaf, Radullan Sahiron di Sulu.
Jenderal Eleazar menyatakan pihak kepolisian tidak mengabaikan kemungkinan bahwa Patarasa mungkin telah membocorkan informasi kepada kelompok Abu Sayyaf, yang mengakibatkan kegagalan dalam sejumlah operasi Kepolisian Filipina di Sulu.
Dia memerintahkan Departemen Urusan Internal Kepolisian Filipina untuk mempercepat proses pemecatan Patarasa.
Penyelidikan lebih lanjut juga tengah dilakukan untuk mencari tahu apakah ada personel kepolisian lainnya yang memiliki keterkaitan dengan Abu Sayyaf atau terlibat tindak kriminal atau aktivitas teroris.
"Kami juga ingin mengetahui bagaimana Patarasa berhasil masuk ke PNP meskipun memiliki serangkaian kasus dan surat perintah penangkapan atas namanya sehubungan dengan dia menjadi anggota kelompok Abu Sayyaf," ujarny Eleazar.
Informasi intelijen menyebut Patarasa terus menjalankan perannya sebagai anggota kelompok Abu Sayyaf selama bekerja untuk Kepolisian Filipina sebagai pegawai sipil.