Otoritas China menyatakan bahwa dosis-dosis vaksin virus Corona (COVID-19) buatannya yang kini disuntikkan di berbagai wilayahnya terus menunjukkan efek pencegahan dan perlindungan yang baik terhadap varian Delta yang sangat mudah menular.
Seperti dilaporkan China Daily dan dilansir kantor berita Xinhua, Senin (2/8/2021), klaim tersebut disampaikan oleh para peneliti pada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China.
"Temuan yang tersedia menunjukkan bahwa varian Delta mungkin mengurangi perlindungan pada vaksin COVID-19, tapi suntikan saat ini masih masih bisa memiliki efek pencegahan dan perlindungan yang baik melawan varian tersebut," sebut salah satu peneliti CDC China, Feng Zijian, dalam pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Feng menyebut bahwa varian Delta diperkirakan hampir dua kali lipat lebih menular dibandingkan varian original, dan menyebar lebih cepat serta lebih mungkin menyebabkan gejala parah pada pasien Corona.
Seorang peneliti CDC China lainnya, Shao Yiming, menambahkan bahwa kasus orang-orang yang terinfeksi Corona setidaknya 14 hari setelah divaksinasi sepenuhnya relatif jarang.
"Tidak ada vaksin yang bisa memberikan perlindungan 100 persen terhadap infeksi virus. Namun secara keseluruhan, berbagai varian COVID-19 bisa dikendalikan dengan vaksin-vaksin yang sudah ada," sebut Shao dalam pernyataannya.
Dia menambahkan bahwa penelitian berdasarkan bukti juga menunjukkan vaksin-vaksin domestik China bisa secara efektif mengurangi angka rawat inap di rumah sakit, jumlah kasus parah dan angka kematian akibat Corona.
Lihat juga Video: Pakar China Jelaskan soal 3 Level Proteksi dari Vaksin COVID-19
Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) dalam pernyataannya menyebut program vaksinasi massal di China berjalan lancar, dengan lebih dari 1,65 miliar dosis vaksin Corona telah disuntikkan di berbagai wilayah China hingga Sabtu (31/7) waktu setempat.
Menurut seorang pejabat Biro Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada NHC, He Qinghua, program vaksinasi massal itu mencakup 150 juta orang berusia 60 tahun ke atas dan 12,48 juta remaja berusia 12-17 tahun.
Beberapa waktu terakhir, China menghadapi kemunculan wabah lokal terbaru yang pertama terdeteksi di Nanjing, Provinsi Jiangsu, pada 20 Juli. Wabah baru yang disebut dipicu oleh varian Delta itu telah menyebar ke sedikitnya 14 wilayah selevel provinsi di negara tersebut.
Otoritas China, menurut China Daily, kini tengah mempertimbangkan soal pemberian dosis vaksin tambahan untuk kelompok rentan dan para pekerja berisiko tinggi demi meningkatkan imunitas melawan Corona.
Dalam konferensi pers pada Sabtu (31/7) waktu setempat, Shao menyatakan bahwa berdasarkan pemantauan awal, orang-orang dengan sistem imunitas lemah seperti warga lanjut usia dan penderita penyakit kronis, serta pekerja yang berisiko tinggi tertular Corona atau orang-orang yang berencana melakukan perjalanan ke area berisiko tinggi, mungkin membutuhkan suntikan booster pada 6-12 bulan setelah vaksinasi awal.
"Apakah ini diperlukan dan kapan suntikan booster harus dilakukan masih diteliti," sebutnya.
Namun dia juga menyatakan bahwa meskipun imunitas yang dipicu vaksin Corona jenis apapun tampaknya menurun seiring berjalannya waktu, memori imunologis sudah terkunci yang akan mempersiapkan tubuh untuk secara cepat menghasilkan antibodi kuat ketika berhadapan dengan virus tersebut.
"Untuk masyarakat umum yang sudah divaksinasi dalam waktu satu tahun terakhir, tidak perlu mendapatkan suntikan booster untuk sekarang," ujarnya.