Otoritas junta militer Myanmar meminta bantuan internasional untuk mengatasi pandemi virus Corona (COVID-19) yang semakin mengganas di wilayah mereka. Myanmar secara khusus mengharapkan bantuan dari sekutu dan negara tetangganya, China, dalam memerangi gelombang baru Corona.
Seperti dilansir AFP, Kamis (29/7/2021), negara ini dilanda kekacauan sejak militer melakukan kudeta dan mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan Aung San Suu Kyi pada Februari lalu.
Banyak rumah sakit setempat tidak memiliki peralatan memadai untuk menghadapi lonjakan kasus, terutama setelah banyak staf medis mogok kerja sebagai bentuk protes terhadap kudeta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perintah tetap di rumah yang berlaku untuk jutaan warga Myanmar dianggap gagal mencegah lonjakan kasus, dengan krematorium setempat beroperasi dalam kapasitas tertentu dan para relawan berjuang mengevakuasi jenazah korban Corona yang meninggal di rumah masing-masing.
Pemimpin junta Myanmar, Min Aung Hlaing, mengatakan dalam 'rapat koordinasi untuk meningkatkan kerja sama dengan komunitas internasional' bahwa Myanmar harus mendapatkan dana dari lembaga dana respons Corona yang dibentuk ASEAN.
Surat kabar lokal Global New Light of Myanmar melaporkan bahwa upaya-upaya tengah dilakukan Myanmar untuk menjalin kerjasama dengan ASEAN dan 'negara-negara sahabat'.
Pada Rabu (28/7) waktu setempat, Myanmar melaporkan kurang dari 5.000 kasus Corona dalam sehari -- meningkat dibandingkan awal Mei saat mencatat 50 kasus per hari -- namun para pengamat memperkirakan jumlah total kasus sebenarnya jauh lebih tinggi.
Simak juga Video: Orang Kepercayaan Suu Kyi Meninggal di Bui Gegara Tertular Corona