Keluarga pembawa acara radio terkenal di Nashville, Amerika Serikat menyerukan warga AS untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19. Seruan ini disampaikan saat penyiar radio yang skeptis akan vaksinasi itu, kini tengah dirawat di rumah sakit karena virus Corona.
Seperti diberitakan CBS News, Rabu (28/7/2021), Phil Valentine (61) pembawa acara di radio WWTN-FM, mengungkapkan pada 11 Juli lalu bahwa ia mengidap COVID-19. "Ya, rumor itu benar," tulisnya di Facebook.
"Saya mengidap COVID. Sayangnya untuk para pembenci di luar sana, sepertinya saya akan sembuh," tulisnya saat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Valentine menyebut penyakit itu sebagai "pengalaman yang menarik" dan mengatakan dirinya segera kembali mengudara. "Saya berharap itu akan terjadi besok, tetapi saya mungkin mengambil hari libur hanya sebagai tindakan pencegahan," tulisnya.
Namun, sekitar dua minggu kemudian, saudaranya, Mark Valentine mengungkapkan bahwa Phil dirawat di rumah sakit dan "dalam kondisi sangat serius, menderita pneumonia akibat COVID-19 dan efek samping yang menyertainya."
Dalam sebuah pernyataan atas nama keluarga, yang diposting di akun Facebook stasiun radio WWTN-FM, Mark mengatakan saudaranya berada di unit perawatan intensif (ICU).
"Phil ingin para pendengarnya mengetahui bahwa meskipun dia tidak pernah menjadi 'anti-vaksin', dia menyesal tidak menjadi 'Pro-Vaksin' dengan lebih keras, dan berharap dapat lebih giat mendukung posisi Pro-Vaksin segera setelah dia kembali mengudara, yang kita semua berharap akan segera terjadi," demikian bunyi pernyataan itu.
Simak video 'Jumlah Terpapar Covid-19 di AS Tembus 34,6 Juta':
"Tolong terus berdoa untuk kesembuhannya dan LAKUKAN VAKSINASI!" imbuh pernyataan keluarga Phil tersebut.
Pernyataan keluarga Phil tersebut ditanggapi sinis oleh sejumlah pengguna Twitter. "Maaf tak ada doa untuk Phil. Dia meremehkan virus itu. Dia mengolok-olok orang lain. Tuhan sedang memberinya pelajaran," demikian cuitannya di Twitter.
Sebelum terinfeksi virus Corona, Phil Valentine pernah mengatakan bahwa dia tidak melakukan vaksinasi karena menganggap peluang dirinya mati karena virus tersebut hanya kurang dari satu persen.