Presiden China Xi Jinping melakukan perjalanan langka ke wilayah Tibet yang sensitif secara politik di China. Ini merupakan kunjungan pertama seorang presiden China ke Tibet dalam waktu lebih dari tiga dekade.
Diketahui bahwa banyak orang Tibet di pengasingan menuduh pemerintah pusat China melakukan penindasan agama dan mengikis budaya mereka. Pada tahun 2008, wilayah tersebut meledak dalam kerusuhan mematikan setelah meningkatnya kemarahan atas penurunan yang dirasakan dari budaya kunonya akibat perkembangan pesat yang dipicu oleh China.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Jumat (23/7/2021), dalam rekaman yang dirilis hari ini oleh media pemerintah China, CCTV, Xi terlihat menyapa kerumunan orang yang mengenakan kostum etnis dan mengibarkan bendera China saat dia turun dari pesawatnya, dalam sambutan karpet merah saat para penari tampil di sekelilingnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun Xi tiba pada hari Rabu (21/7) di Bandara Nyingchi Mainling di tenggara Tibet, berita tentang kunjungannya baru muncul di media resmi China dua hari kemudian.
CCTV melaporkan, setelah "sambutan hangat oleh kader dan massa dari semua kelompok etnis", Xi pergi ke Jembatan Sungai Nyang untuk mempelajari tentang perlindungan ekologi dan lingkungan Sungai Yarlung Tsangpo dan Sungai Nyang.
Xi telah mengunjungi Tibet dua kali, sekali pada tahun 1998 sebagai ketua partai provinsi Fujian dan sekali lagi pada tahun 2011 sebagai wakil presiden.
Presiden China terakhir yang berkunjung ke Tibet adalah Jiang Zemin pada tahun 1990.
Dalam lawatannya, Xi juga mengunjungi Museum Perencanaan Kota Nyingchi dan daerah-daerah lain untuk melihat perencanaan pembangunan kota, revitalisasi pedesaan dan pembangunan taman kota.
Lihat juga video 'Klaim Xi Jinping, China Sukses Atasi Kemiskinan Ekstrem':
[Gambas:Video 20detik]
Pada hari Kamis (22/7) waktu setempat, Xi menuju ke Stasiun Kereta Api Nyingchi untuk belajar tentang perencanaan Kereta Api Sichuan-Tibet sebelum naik kereta ke Lhasa.
Beijing melihat pembangunan sebagai penangkal ketidakpuasan di Tibet, di mana banyak yang masih menghormati Dalai Lama -- pemimpin spiritual di kawasan itu -- dan membenci masuknya turis dan pemukim China.
Sejak 2008 China telah menggelontorkan investasi ke kawasan tersebut, menjadikan Tibet salah satu kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di China, menurut statistik lokal.
Aksi-aksi protes sporadis telah pecah di Tibet dalam beberapa dekade terakhir, termasuk beberapa aksi bakar diri oleh para biksu di jantung kota Lhasa dan protes besar terhadap pemerintahan China pada 2008, yang menewaskan banyak orang.