Klaster karaoke Corona membuat pemerintah kembali memperketat aturan di Singapura. Salah satu yang kembali diperketat adalah terkait aturan makan di tempat atau dine-in.
Aturan tersebut mencakup pemeriksaan status vaksinasi untuk pelanggan yang hendak makan atau minum di restoran. Hal ini dipicu munculnya klaster baru COVID-19 dari lounge KTV pada Rabu (14/7) lalu.
Bahkan klaster karaoke tersebut sudah bertambah hingga mencapai 148 kasus, hanya dalam waktu kurang dari satu minggu. Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mengatakan, hingga hari Jumat (16/7), sebanyak 2.480 orang telah dikarantina karena diidentifikasi kontak erat dengan orang-orang yang terinfeksi di tempat karaoke tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana Aturannya?
Aturan tersebut mulai berlaku sejak 19 Juli hingga 8 Agustus mendatang, di mana layanan dine-in di restoran Singapura akan diizinkan untuk lima orang jika sudah divaksin. Sementara jika belum, hanya dua orang yang diizinkan dine-in.
Selain warga yang divaksinasi, orang yang belum divaksinasi namun memiliki surat negatif COVID dan pasien yang telah pulih diizinkan untuk bergabung dalam satu meja (yang terdiri dari lima orang).
Sementara, untuk layanan F&B di pusat jajanan, foodcourt dan kedai kopi tidak boleh lebih dari dua orang.
Pihak berwenang juga memerintahkan sekitar 400 tempat hiburan malam ditutup selama dua minggu untuk inspeksi, setelah pelanggaran aturan oleh beberapa orang disalahkan atas wabah terbaru di tempat karaoke.
Singapura sempat melonggarkan aturan selama sepekan ini karena kasus infeksi Corona yang menurun. Di bawah aturan pelonggaran tersebut, warga dapat makan di restoran dengan maksimal lima orang dalam satu meja.
Keluhan Para Pengusaha F&B
Aturan baru soal dine-in dikeluhkan para pemilik restoran di sektor makanan dan minuman (F&B). Salah satunya Direktur pelaksana LeVeL33 Martin Bem.
"Kami sudah sangat kesal dengan KTV yang kejam ini yang membatalkan semua upaya bersama kami, bahkan sebelum berita pengetatan keluar. Sekarang, tentu saja, lebih buruk." katanya seperti dikutip The Sunday Times.
Restoran F&B tersebut mengaku sudah mengikuti langkah-langkah manajemen yang aman, seperti memasang penyaring udara. Namun upaya mereka dipatahkan oleh kesalahan KTV.
"Ini tidak dapat diterima dan tidak adil bagi ratusan ribu karyawan industri jasa makanan di Singapura, yang semuanya mempertaruhkan pendapatan mereka," katanya.
Sebagian besar resto F&B di Singapura harus merugi besar. Pasalnya banyak pembatalan reservasi akibat perubahan aturan tersebut.
Keluhan juga disampaikan gerai-gerai ritel di Mall. Diketahui saat pembatasan dine-in dilonggarkan pekan lalu, jumlah pelanggan di toko mereka meningkat. Namun saat diumumkan adanya pembatasan kembali, pelanggan kembali menurun.
"Jumlah pelanggan telah meningkat ketika pembatasan dine-in dilonggarkan Senin lalu. Tetapi toko ini kembali mengalani penurunan pelanggan sebesar 30 persen sejak Kamis (15/7) lalu," kata salah satu staf di toko pakaian di VivoCity.
Sementara itu, subsidi yang diterima para pekerja sektor F&B yang terpengaruh akibat pembatasan dinilai belum cukup. Diketahui subsidi upah sebesar 10 persen dari 'Skema Dukungan Pekerjaan' telah diperpanjang dari 26 Juli- 8 Agustus mendatang untuk para pengusaha di bidang F&B dan sektor lain yang terpengaruh.
Seorang juru bicara Asosiasi Restoran Singapura (RAS) mengatakan industri F&B menghadapi serangkaian tantangan lain dengan aturan baru, yang membedakan layanan individu berdasarkan status vaksinasi mereka.