Vaksin virus Corona (COVID-19) buatan Sinovac Biotech memiliki nasib berbeda di sejumlah negara. Vaksin Sinovac dipuja di Chili tetapi dicampakkan oleh Singapura dan Malaysia.
Terbaru, studi efektivitas vaksin virus Corona (COVID-19) buatan Sinovac Biotech secara real-world yang dilakukan di Chili menunjukkan level perlindungan lebih tinggi.
Seperti dilansir Global Times, Jumat (9/7/2021), laporan akademik terbaru yang dirilis Rabu (7/7) waktu setempat mengungkapkan bahwa data real-world skala besar membuktikan vaksin Sinovac, atau Coronavac, efektif 69,5 persen dalam mencegah kasus Corona bergejala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi efektivitas di Chili juga menunjukkan Coronavac efektif 87,5 persen dalam mencegah rawat inap dan efektif 90,3 persen dalam mencegah perawatan di Unit Perawatan Intensif (ICU), serta efektif 86,3 persen mencegah kematian akibat Corona.
Para pakar menilai hasil studi keseluruhan menunjukkan bahwa Coronavac memiliki efektivitas tinggi melawan penyakit parah, rawat inap di rumah sakit dan kematian. Hasil ini menggarisbawahi potensi vaksin buatan China itu dalam menyelamatkan nyawa dan mengurangi permintaan untuk sistem layanan kesehatan.
Studi di Chili itu dilakukan terhadap 10,2 juta partisipan dan dinilai menunjukkan bahwa vaksin jenis inaktif ini memberikan perlindungan sangat mirip untuk populasi umum dengan usia 60 persen maupun kelompok usia lainnya.
Menurut para peneliti, hasil studi di Chili ini sangat bernilai sebagai referensi, karena Chile memiliki angka tes Corona tertinggi di Amerika Latin, memiliki akses layanan kesehatan yang universal dan memiliki sistem pelaporan publik standar untuk statistik penting.
Meskipun Chili mengalami kenaikan kasus Corona dari pertengahan Mei hingga awal Juni, pakar yang memantau penelitian vaksin, Zhaung Shilihe menyebut kenaikan itu sebagian besar dipicu kebijakan non-lockdown nasional.
Dicampakkan Singapura
Sementara itu, Singapura mengecualikan orang-orang yang telah disuntik Sinovac dalam penghitungan vaksinasi COVID-19 nasional. Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan penghitungan vaksinasi nasional hanya mencakup Moderna dan Pfizer BioNTech.
"Angka vaksinasi nasional hanya mencerminkan mereka yang divaksinasi di bawah program vaksinasi nasional," kata kementerian dalam pernyataannya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (8/7/2021).
Suntikan CoronaVac Sinovac bukan bagian program vaksinasi nasional Singapura. Singapura masih menunggu data penting dari perusahaan tersebut.
Meski demikian, Singapura mengizinkan pemakaian Sinovac oleh klinik-klinik swasta khusus setelah WHO memberi izin persetujuan penggunaan darurat. Klinik swasta khusus tersebut dapat memanfaatkan stok 200.000 dosis CoronaVac.
Sekitar 3,7 juta orang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Pfizer atau Moderna, yang mencakup sekitar 65% populasi Singapura. Kedua vaksin tersebut menunjukkan tingkat efikasi lebih dari 90 persen dalam uji klinis.
Direktur layanan medis Singapura, Kenneth Mark, mengatakan ada bukti dari negara lain menunjukkan mereka yang disuntik vaksin Sinovac masih terinfeksi. "Ada risiko yang signifikan dari terobosan vaksin," katanya.
Ditinggalkan Malaysia
Sementara itu, otoritas kesehatan Malaysia menyatakan bahwa negara-negara bagian di wilayahnya akan mulai menyalurkan lebih banyak vaksin Corona buatan Pfizer-BioNTech setelah menghentikan pemakaian vaksin Sinovac buatan China.
Seperti dilansir The Star, Jumat (16/7/2021), Menteri Kesehatan Malaysia, Dr Adham Baba, menyatakan negaranya akan menghentikan penggunaan vaksin Sinovac begitu pasokannya habis. Kemudian secara bertahap, sebut Dr Adham, Malaysia akan beralih menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech sebagai vaksin utama.
Alasan Malaysia beralih merek vaksin Corona, menurut Dr Adham, disebabkan karena negara ini mulai menerima lebih banyak pasokan vaksin Pfizer-BioNTech.
Dr Adham mengatakan bahwa Malaysia telah mendapatkan total 45,7 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech -- pesanan vaksin Corona terbanyak bagi Malaysia.
"Kita akan mulai beralih ke vaksin Pfizer-BioNTech karena kita awalnya memulai dengan memberikan banyak vaksin Sinovac ke negara-negara bagian," ucapnya.
"Kita memesan 16 juta dosis vaksin Sinovac, dan separuhnya telah diberikan. Separuhnya lagi perlu disimpan untuk dosis kedua," ujar Dr Adham.
"Jadi, setelah ini, negara-negara bagian lainnya juga akan beralih secara bertahap kepada vaksin Pfizer-BioNTech," terangnya.