Korea Utara (Korut) dilaporkan menolak rencana pengiriman vaksin virus Corona (COVID-19) buatan AstraZeneca. Pengiriman itu diatur di bawah program berbagi vaksin global, COVAX, yang didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (10/7/2021), pihak COVAX sebelumnya menuturkan akan mengirimkan nyaris 2 juta dosis vaksin AstraZeneca kepada Korut. Pengiriman pertama direncanakan pada akhir Mei lalu, namun tertunda di tengah konsultasi yang berlarut-larut.
Korut sama sekali tidak melaporkan kasus Corona di wilayahnya hingga kini, yang dipertanyakan banyak pihak termasuk oleh Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS). Namun negara tertutup itu diketahui menerapkan langkah anti-virus yang ketat, termasuk menutup perbatasan dan membatasi perjalanan domestik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan Institut Strategi Keamanan Nasional (INSS), yang berafiliasi dengan badan intelijen Korsel, menyebut bahwa Korut kini tengah mencari opsi vaksin Corona lainnya.
Direktur penelitian strategis di Semenanjung Korea pada INSS, Lee Sang-Keun, menyatakan bahwa otoritas Korut menolak vaksin AstraZeneca karena mengkhawatirkan efek sampingnya. Terutama usai berbagai laporan kasus pembekuan darah serius tapi langka terjadi di antara orang-orang yang menerima vaksin AstraZeneca di beberapa negara.
Laporan INSS juga menyebut bahwa Korut tidak tertarik pada vaksin buatan China karena khawatir tidak begitu efektif, namun menunjukkan ketertarikan terhadap vaksin Corona buatan Rusia dan mengharapkan menerima sumbangan vaksin secara gratis.
"Negara ini condong pada vaksin Rusia, namun belum ada pengaturan yang dibuat," sebut Lee kepada Reuters, dengan mengutip sejumlah sumber.
Lihat juga Video: Kim Jong-un Ziarah Rayakan Ulang Tahun Pendiri Negara Korut
Pada Rabu (7/7) waktu setempat, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menuturkan bahwa otoritas Rusia telah menawarkan vaksin Corona buatannya kepada Korut dalam beberapa kesempatan.
Disebutkan juga oleh INSS bahwa meskipun Korut memperbolehkan para diplomatnya di luar negeri untuk menerima suntikan vaksin Corona sejak akhir Maret lalu, rezim komunis ini tidak berupaya mengamankan pasokan vaksin untuk penggunaan dalam negeri.
Sementara itu, saat ditanya soal penolakan Korut, Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) -- salah satu organisasi pencetus COVAX -- menyatakan agar pertanyaan spesifik soal preferensi dan kebijakan Korut ditanyakan kepada pemerintah di Pyongyang.
"Kami terus bekerja dengan otoritas DPRK (nama resmi Korut-red), seperti kami bekerja dengan semua negara yang kami layani, untuk membantu merespons pandemi COVID-19," tegas juru bicara GAVI dalam pernyataannya.