Amerika Serikat (AS) akan mengirimkan sejumlah penegak hukum senior ke Haiti sesegera mungkin untuk membantu penyelidikan kasus pembunuhan Presiden Jovenel Moise. Hal ini diumumkan setelah dua warga AS keturunan Haiti ditangkap bersama puluhan tersangka lain terkait pembunuhan itu.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (10/7/2021), Kepolisian Haiti sebelumnya mengungkapkan bahwa pembunuhan Moise di kediamannya pada Rabu (7/7) dini hari, dilakukan oleh sebuah unit komando beranggotakan 28 orang. Tim pembunuh itu disebut terdiri atas 26 warga Kolombia dan dua warga AS keturunan Haiti.
Para pembunuh Moise disebut sebagai tentara bayaran oleh otoritas Haiti, namun motif dan aktor intelektual di balik pembunuhan itu masih belum jelas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua warga AS yang terlibat pembunuhan ini diidentifikasi sebagai James Solages (35) dan Joseph Vincent (55). Keduanya diketahui berasal dari Florida, AS.
"Kami mengetahui penangkapan dua warga AS di Haiti dan tengah memantau situasi secara saksama," ucap seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Dari total 28 tersangka yang terlibat, sebanyak 17 orang di antaranya berhasil ditangkap dalam keadaan hidup, termasuk Solages dan Vincent. Penangkapan dilakukan di wilayah Petionville, pinggiran ibu kota Port-au-Prince, dengan melibatkan baku tembak antara polisi dan para tersangka.
Kepolisian Haiti menyebut tiga orang lainnya tewas dalam baku tembak dan delapan orang lainnya masih buron hingga kini. Selain memburu delapan tersangka yang buron, Kepolisian Haiti menyatakan pihaknya juga memburu dalang utama di balik operasi pembunuhan tersebut.
Simak Video: Tampang 17 Pembunuh Presiden Haiti, 2 di Antaranya Warga AS
Dalam pernyataan terbaru pada Jumat (9/7) waktu setempat, Gedung Putih mengumumkan akan mengirimkan para pejabat senior dari Biro Investigasi Federal (FBI) dan Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) ke Haiti untuk membantu otoritas setempat dalam penyelidikannya.
"Amerika Serikat tetap terlibat dan dalam konsultasi erat dengan mitra kami di Haiti dan internasional untuk mendukung rakyat Haiti setelah pembunuhan presiden mereka," ucap Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki.
Lebih lanjut disebutkan Psaki bahwa dalam merespons permintaan pemerintah Haiti, sejumlah pejabat senior dari FBI dan DHS akan dikirimkan ke Port-au-Prince untuk menilai situasi di sana dan mencari cara terbaik untuk membantu.
Psaki menambahkan bahwa memperkuat kapasitas penegakan hukum Haiti telah menjadi prioritas penting AS bahkan sebelum pembunuhan presiden terjadi.
Dituturkan Psaki bahwa AS memberikan bantuan US$ 5 juta untuk memperkuat kapasitas Kepolisian Nasional Haiti dalam menindak geng-geng kriminal setempat. Tidak hanya itu, lanjut Psaki, AS juga akan mengirimkan pasokan vaksin virus Corona (COVID-19) ke Haiti paling cepat pekan depan.
Kepolisian dan badan-badan intelijen AS dan Kolombia dilaporkan tengah menyelidiki keterkaitan sejumlah warga mereka dengan pembunuhan tersebut. Komandan Angkatan Bersenjata Kolombia, Jenderal Luis Fernando Navarro, menuturkan kepada wartawan bahwa para penyidik di Kolombia mendapati 17 tersangka di antaranya pensiun dari militer Kolumbia antara tahun 2018 dan 2020.