Otoritas Jerman meluncurkan pusat pelatihan imam Muslim yang didukung oleh negara meskipun menuai kritikan Turki. Kelompok-kelompok Muslim Turki terkemuka di Jerman meyakini pelatihan itu bertentangan dengan prinsip bahwa hanya komunitas keagamaan yang berhak melatih pemimpin mereka.
Seperti dilaporkan media lokal Turki, Daily Sabah dan dilansir Middle East Monitor, Kamis (1/7/2021), pemerintah Jerman meluncurkan inisiatif itu untuk membantu mengurangi jumlah pemimpin Islam yang datang dari luar negeri.
Sejumlah kelompok Muslim Turki terkemuka di Jerman, termasuk Persatuan Islam Turki untuk Urusan Agama (DITIB) dan Visi Nasional atau Milli Gorus, memilih untuk tidak berpartisipasi dalam pembentukan Perguruan Tinggi Islam Jerman. Tahun lalu, DITIB meluncurkan program pelatihan sendiri di Jerman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perguruan Tinggi Islam yang pertama di Jerman mulai melatih para imam sejak Mei lalu. Pengajaran dilakukan dalam bahasa Jerman dan sebagian didanai oleh pemerintah Jerman dalam upaya mewujudkan independensi dari negara-negara Muslim yang mendukung para imam di Jerman.
Laporan media Jerman, Deutsche Welle, menyebut bahwa periode pertama untuk program Perguruan Tinggi Islam yang dukung pemerintah Jerman akan memberikan pendidikan selama dua tahun untuk sekitar 20 kandidat pria dan wanita.
Jerman diketahui memiliki total 81 juta jiwa penduduk dan tercatat memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat, setelah Prancis.
Dalam beberapa tahun terakhir, Jerman mengalami peningkatan rasisme dan kebencian anti-Muslim, yang dikobarkan oleh propaganda kelompok neo-Nazi dan oposisi sayap kanan-jauh, Partai Alternatif Jerman (AfD).