Otoritas Iran menegaskan tidak akan menyerahkan gambar-gambar dari dalam fasilitas nuklir miliknya ke badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Dinyatakan Iran bahwa perjanjian pemantauan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sudah berakhir.
"Perjanjian sudah berakhir ... setiap informasi yang tercatat tidak akan pernah diberikan kepada Badan Energi Atom Internasional dan data serta gambar-gambar akan tetap menjadi milik Iran," tegas ketua parlemen Iran, Mohammad Baqer Qalibaf, seperti dilansir Reuters, Senin (28/6/2021).
Pengumuman itu berpotensi memperumit pembicaraan antara Iran dan enam negara kekuatan dunia yang sedang berlangsung untuk membangkitkan kesepakatan nuklir tahun 2015.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga tahun lalu, mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menarik AS dari kesepakatan itu dan kembali memberlakukan sanksi-sanksi Iran. Otoritas Iran merespons dengan melanggar banyak pembatasan terkait program nuklirnya yang disepakati dalam kesepakatan tersebut.
"Iran juga akan mematikan kamera-kamera IAEA jika Amerika Serikat gagal mencabut semua sanksi," ucap juru bicara Komisi Keamanan Nasional dan Urusan Luar Negeri pada parlemen Iran, seperti dilaporkan situs media nasional, Tehran Times.
IAEA dan Iran mencapai perjanjian pemantau selama tiga bulan pada Februari lalu, untuk meredam pukulan Iran yang mengurangi kerja sama dengan badan PBB itu, dan mengizinkan pemantauan sejumlah aktivitas yang seharusnya tidak dilanjutkan.
Di bawah perjanjian itu, yang diperpanjang sebulan pada 24 Mei lalu, data terus dikumpulkan dalam pengaturan tipe kotak hitam, dengan IAEA hanya bisa mengaksesnya di kemudian hari.
Pada Jumat (25/6) lalu, IAEA menuntut jawaban segera dari Iran soal apakah negara itu akan memperpanjang perjanjian pemantauan. Utusan Iran menjawab dengan menegaskan Iran tidak berkewajiban memberikan jawaban.
Pekan lalu, Iran menyatakan bahwa Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran akan memutuskan apakah akan memperbarui perjanjian pemantauan setelah perjanjian berakhir.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menegaskan bahwa setiap kegagalan Iran untuk memperpanjang perjanjian pemantauan akan menjadi 'kekhawatiran serius' perundingan lebih luas.
Pihak-pihak yang terlibat perundingan membangkitkan kesepakatan nuklir sejak April lalu di Wina, Austria, menyatakan bahwa ada masalah besar yang harus diselesaikan sebelum kesepakatan nuklir bisa dipulihkan.