Di pengadilan, seperti dilaporkan saluran berita BFM, dia menyampaikan simpati untuk gerakan antipemerintah 'rompi kuning' dan bahkan mengakui bahwa dirinya bersama dua temannya sempat mempertimbangkan untuk melemparkan telur atau pai krim ke arah Macron dalam kunjungannya.
"Macron mewakili kemunduran negara kita," ucap Tarel dalam persidangan yang digelar secara cepat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan BFM juga menyebut bahwa Tarel yang seorang pengangguran dan menghidupi dirinya dari tunjangan pacarnya yang penyandang disabilitas ini, menyatakan dirinya kesal atas keputusan Macron untuk datang dan menyapa warga termasuk dirinya.
Tarel menyebutnya sebagai 'taktik pemilu yang tidak saya apresiasi'. Dia menilai keputusan Macron menyapa warga sebagai bagian dari strategi 'untuk menargetkan kaum muda Prancis' karena dia akan kembali mencalonkan diri dalam pemilu tahun depan.
Dalam video insiden itu, Macron yang tersenyum terlihat berjalan mendekati kerumunan warga, termasuk Tarel, yang menunggu di belakang pagar pembatas.
"Ketika saya melihat tampangnya yang ramah dan pendusta, saya memahami bahwa dia ingin mengubah saya menjadi seseorang yang akan memilihnya," ucap Tarel dalam persidangan.
Tamparan ke Macron, sebut Tarel, dilakukan setelah dirinya 'dibanjiri perasan tidak adil'.
Menanggapi insiden yang menimpanya ini, Macron berusaha memperingan situasi dengan menyebutnya 'peristiwa terisolasi'. Dia bahkan berjanji untuk tetap menyapa langsung warga meski ada kekhawatiran keamanan.
Dalam putusannya, pengadilan juga memerintahkan Tarel untuk mencari pekerjaan atau mengikuti program pelatihan kerja, dan melarangnya membawa senjata apapun selama lima tahun.
(nvc/ita)