PM Kanada Minta Vatikan Minta Maaf Atas Penganiayaan Anak di Sekolah

PM Kanada Minta Vatikan Minta Maaf Atas Penganiayaan Anak di Sekolah

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 05 Jun 2021 12:50 WIB
Canadian Prime Minister Justin Trudeau speaks during a debate about the discovery of remains of 215 children at the site of the Kamloops Indian Residential School, in the House of Commons, in Ottawa, Ontario, Tuesday, June 1, 2021. (Adrian Wyld/The Canadian Press via AP)
PM Kanada, Justin Trudeau, saat menanggapi temuan 215 jasad anak di halaman bekas sekolah asrama yang dikelola gereja (Adrian Wyld/The Canadian Press via AP)
Ottawa -

Perdana Menteri (PM) Kanada, Justin Trudeau, menyatakan 'sangat kecewa' pada Gereja Katolik Roma yang belum menyampaikan permintaan maaf resmi atas tindak penganiayaan anak-anak di sekolah asrama yang dikelola gereja bertahun-tahun lalu.

Kekecewaan ini diungkapkan Trudeau setelah jasad 215 anak ditemukan di halaman bekas sekolah asrama yang dibangun lebih dari satu abad lalu untuk asimilasi masyarakat adat. Anak-anak yang jasadnya ditemukan beberapa waktu terakhir itu diduga merupakan korban penganiayaan.

Sekolah bernama Kamloops Indian Residential School itu disebut sebagai yang terbesar dari sekitar 139 sekolah asrama yang dibangun pada akhir abad ke-19, dengan 500 siswa terdaftar dan bersekolah di sana pada suatu waktu. Sekolah itu sempat dioperasikan oleh Gereja Katolik atas nama pemerintah Kanada antara tahun 1890-1969 silam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dilansir Associated Press, Sabtu (5/6/2021), Trudeau menyerukan Gereja Katolik Roma untuk mengambil tindakan dan tanggung jawab setelah bertahun-tahun bungkam.

"Sebagai seorang Katolik, saya sangat kecewa dengan posisi yang diambil Gereja Katolik sekarang dan selama bertahun-tahun," ucap Trudeau.

ADVERTISEMENT

"Ketika saya pergi ke Vatikan beberapa tahun lalu, saya secara langsung meminta Yang Mulia, Paus Fransiskus, untuk bergerak maju dalam meminta maaf, dalam meminta pengampunan, dalam restitusi, dalam menjadikan catatan ini tersedia dan kita masih melihat perlawanan dari geraja, mungkin dari gereja di Kanada," sebutnya.

Namun Trudeau menyatakan gereja hanya diam dan tidak mengambil langkah. "Itu tidak menunjukkan kepemimpinan yang seharusnya menjadi inti dari keyakinan kita, pengampunan, tanggung jawab, mengakui kebenaran," cetusnya.

Dia menyebut pemerintah memiliki 'alat-alat' yang bisa digunakan jika pihak Gereja Katolik tidak merilis dokumen terkait sekolah-sekolah tersebut.

Saat ditanya apakah pemerintah Kanada mungkin pengungkapan dokumen secara paksa, Trudeau menjawab: "Saya pikir, jika diperlukan, kami akan mengambil langkah-langkah yang lebih kuat."

"Sebelum kita mulai membawa Gereja Katolik ke pengadilan, saya sangat berharap agar para pemimpin agama memahami bahwa ini sesuatu yang membutuhkan partisipasi mereka," imbuhnya.

Dari abad ke-19 hingga tahun 1970-an, lebih dari 150 ribu anak-anak Indian, Inuit dan Metis dipaksa belajar di sekolah-sekolah asrama tersebut, dalam upaya mengasimilasi mereka ke dalam masyarakat Kanada

Pemerintah Kanada telah mengakui bahwa penganiayaan fisik dan seksual terjadi di sekolah-sekolah tersebut. Laporan menyebut para siswa dianiaya secara fisik dan seksual oleh kepala sekolah dan para guru yang berupaya melucuti mereka dari budaya serta bahasa mereka.

Vatikan sejauh ini belum merespons pernyataan Trudeau tersebut. Namun diketahui bahwa Paus Benediktus pernah menemui sekelompok bekas siswa dan korban penganiayaan tahun 2009 lalu dan memberitahu mereka tentang 'penderitaan pribadinya' karena penderitaan mereka.

Tahun 2018, Konferensi Uskup Katolik Kanada mengumumkan bahwa Paus tidak bisa meminta maaf secara pribadi, meskipun dia tidak menghindar untuk mengakui adanya ketidakadilan yang dihadapi warga pribumi di seluruh dunia.

Keuskupan Vancouver secara terpisah menyampaikan permintaan maaf pada Rabu (2/6) waktu setempat. Sementara serikat gereja-gereja, Presbyterian dan Anglikan, telah meminta maaf atas peran mereka dalam penganiayaan itu.

Halaman 2 dari 2
(nvc/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads