Amnesty International menyebut Israel menggunakan 'kekerasan dan kekuatan sembrono terhadap demonstran Palestina yang sebagian besar damai' dalam bentrokan di Yerusalem yang melukai ratusan orang dan puluhan polisi.
Seperti dilansir AFP, Selasa (11/5/2021), Israel bersikeras membela tindakan pasukan keamanannya dengan menyatakan mereka merespons para perusuh Palestina yang melakukan kekerasan dengan langkah-langkah yang tepat.
Namun Amnesty International yang berbasis di London, Inggris ini, menyebut sejumlah langkah yang diambil Israel 'tidak proporsional dan melanggar hukum'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amnesty International juga menuduh pasukan keamanan Israel melakukan 'serangan tidak beralasan terhadap demonstran yang beraksi damai'.
Pernyataan ini disampaikan saat ketegangan memuncak di Yerusalem yang diduduki Israel, dengan konflik banyak berpusat di kompleks Masjid Al-Aqsa. Baik di kompleks Masjid Al-Aqsa maupun di lokasi bentrokan lainnya di Yerusalem Timur, polisi Israel menggunakan granat kejut, peluru karet, gas air mata dan meriam air sigung untuk merespons demonstran Palestina yang melemparkan batu, botol dan kembang api ke arah mereka.
Laporan Amnesty International menyebut Israel menggunakan kekerasan berlebihan dalam menangani aksi protes di Yerusalem Timur selama beberapa pekan.
Dalam satu insiden, disebutkan bahwa polisi Israel membubarkan aksi damai demonstran Palestina yang meneriakkan slogan untuk menentang upaya Israel menggusur mereka dari rumah-rumah mereka di distrik Sheikh Jarrah. Disebutkan Amnesty International bahwa pasukan polisi berkuda Israel melaju ke arah kerumunan orang, menginjak seorang pria yang berusaha menyelamatkan diri.
Tonton juga Video: Penampakan Hancurnya Gaza Usai Ditembak Roket Israel
Lebih lanjut, Amnesty International menyerukan komunitas internasional untuk 'meminta pertanggungjawaban Israel atas pelanggaran sistemiknya'.
Kepolisian Israel tidak secara spesifik menanggapi tuduhan tersebut. Namun dalam email kepada AFP, Kepolisian Israel menegaskan bahwa: "Kami tidak akan membiarkan gangguan ketertiban merusak struktur kehidupan, menghasut untuk membahayakan pasukan kepolisian dan melakukan kekerasan terhadap polisi dan warga sipil."
Salah satu komisioner kepolisian Israel, Kobi Shabtai, menuturkan kepada televisi lokal N12 bahwa beberapa hari terakhir di Yerusalem, polisi 'banyak menahan diri'.
Bentrokan pada Senin (10/5) waktu setempat melukai lebih dari 500 warga Palestina dan 37 polisi Israel.
Saat Yerusalem banyak dilanda aksi kekerasan, militan Palestina di Gaza menembakkan lebih dari 200 roket ke wilayah Israel, termasuk tujuh di antaranya ditargetkan ke Yerusalem. Israel membalas dengan melancarkan serangan udara terhadap 130 target yang disebutnya sebagai 'target militer' di Gaza.
Otoritas kesehatan di Gaza melaporkan gempuran Israel menewaskan sedikitnya 22 warga sipil, termasuk sembilan anak-anak.
Juru bicara militer Israel, Jonathan Conricus, menyatakan Israel 'melakukan semua hal yang mungkin untuk membatasi kerusakan imbasan' dan menegaskan belum ada konfirmasi bahwa gempuran Israel berdampak pada warga sipil di Gaza.