Otoritas Iran untuk pertama kalinya mengakui secara terang-terangan bahwa pihaknya sedang dalam pembicaraan dengan Arab Saudi, rivalnya di kawasan Timur Tengah. Iran mengatakan akan melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah di antara kedua negara ini.
"Deeskalasi ketegangan antara kedua negara Muslim di kawasan Teluk Persia menjadi kepentingan bagi kedua negara dan kawasan," tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, dalam konferensi pers terbaru seperti dilansir Reuters, Senin (10/5/2021).
Khatibzadeh menyatakan bahwa Iran sedang menunggu hasil pembicaraan tersebut. "Kami menyambut baik penyelesaian masalah yang ada di antara kedua negara ... Kami akan mengerahkan upaya terbaik kami dalam hal ini," tegasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Jumat (7/5) lalu, Kepala Perencanaan Kebijakan pada Kementerian Luar Negeri Saudi, Duta Besar Rayed Krimly, dalam wawancara eksklusif dengan Reuters mengakui bahwa pembicaraan langsung tengah digelar antara Saudi dan Iran, yang selama ini bermusuhan.
Disebutkan Krimly bahwa perundingan kedua negara bertujuan meredakan ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Komentar dari Krimly itu menjadi konfirmasi publik pertama dari Saudi bahwa kedua negara yang memutuskan hubungan sejak tahun 2016 itu menggelar pembicaraan langsung. Namun Krimly juga menyatakan masih terlalu dini untuk menilai hasilnya dan menegaskan Saudi ingin melihat 'perbuatan yang dapat diverifikasi' dari Iran.
Diketahui bahwa Saudi dan Iran yang terlibat persaingan sengit untuk dominasi kawasan, telah memutuskan hubungan satu sama lain tahun 2016 setelah demonstran Iran menyerang misi diplomatik Saudi menyusul eksekusi mati seorang ulama Syiah oleh otoritas Saudi.
Kedua negara yang bertetangga ini juga selalu mendukung pihak yang bertentangan dalam sejumlah konflik kawasan, mulai dari Suriah hingga Yaman. Dalam konflik Yaman, Iran mendukung pemberontak Houthi dan Saudi mendukung pemerintahan Yaman yang dilengserkan Houthi.
Sejumlah sumber dan pejabat Timur Tengah mengungkapkan bahwa bulan lalu, kedua negara menggelar pembicaraan dua putaran.
Pembicaraan kedua negara ini digelar saat Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Joe Biden berupaya memulai kembali perundingan nuklir Iran yang ditinggalkan AS di bawah era mantan Presiden Donald Trump. Otoritas AS juga menyerukan Saudi untuk mengakhiri perang melawan pemberontak Houthi di Yaman.
Sejumlah sumber menuturkan kepada Reuters bahwa Iran berjanji untuk menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan serangan pemberontak Houthi terhadap Saudi, dan sebagai imbalannya meminta Saudi untuk mendukung perundingan nuklir Iran.