Australia kemungkinan masih akan menutup perbatasannya untuk pengunjung asing hingga akhir tahun 2022 mendatang. Kemungkinan ini terjadi saat lonjakan kasus virus Corona (COVID-19) global memupuskan harapan untuk pembukaan kembali perbatasan dengan segera.
Seperti dilansir AFP, Jumat (7/5/2021), Menteri Perdagangan dan Pariwisata Australia, Dan Tehan, menyatakan bahwa lonjakan kasus Corona di India menunjukkan larangan masuk dari negara tersebut masih esensial untuk menjaga Australia bebas dari Corona.
Sejak 20 Maret 2020, warga Australia dilarang bepergian ke luar negeri dan pengecualian individual yang sulit didapat diperlukan oleh pengunjung asing untuk masuk ke negara tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataan terbaru kepada Sky News, Tehan menyatakan bahwa 'sangat sulit untuk menentukan' kapan perbatasan Australia akan dibuka kembali.
"Tebakan terbaik mungkin pada pertengahan hingga paruh kedua tahun depan," ucap Tehan.
Sebelum pandemi, sekitar 1 juta pengunjung jangka pendek masuk ke Australia setiap bulannya. Angka itu kini hanya mencapai 7.000 pengunjung.
Siapa saja yang ingin masuk ke Australia harus menjalani karantina ketat selama 14 hari di hotel-hotel setempat yang telah ditetapkan pemerintah.
Travel bubble yang baru-baru ini dibuka antara Australia dengan Selandia Baru, mengalami penghentian sementara setelah terdeteksi lonjakan kasus Corona dari fasilitas karantina. Australia sejauh ini mencapai 29.886 kasus Corona di wilayahnya, dengan sebagian besar terdeteksi di fasilitas karantina.
Prospek penutupan perbatasan selama nyaris tiga tahun akan menjadi pukulan telak bagi industri pariwisata Australia yang meraup US$ 40 miliar per tahunnya.
"Harapannya adalah kita bisa melihat beberapa (travel) bubble lain yang ditetapkan dan kita akan melihat lebih banyak perjalanan dilakukan, tapi kita dalam pandemi. Itu akan sangat bergantung pada bagaimana kita dapat mengatasi pandemi global," ujar Tehan.