Para politikus Prancis dan serikat kepolisian setempat menyuarakan kemarahan atas kematian seorang polisi dalam penggerebekan narkoba di kota Avignon. Insiden ini memicu perdebatan kembali soal catatan Presiden Emmanuel Macron dalam memerangi kejahatan.
Seperti dilansir AFP, Kamis (6/5/2021), Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, menuturkan bahwa polisi -- yang tidak disebut identitasnya -- itu meninggal pada Rabu (5/5) malam waktu setempat saat menyelidiki sebuah tempat di pusat Avignon, yang dikenal menjadi lokasi transaksi narkoba.
Setibanya di lokasi, sekitar pukul 18.30 waktu setempat, polisi itu melakukan pemeriksaan identitas terhadap orang-orang yang ada di lokasi tersebut. Sang polisi tidak memakai seragam saat melakukan operasi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiba-tiba, menurut sumber kepolisian setempat kepada AFP, seorang pria melepas tembakan di lokasi tersebut. Pria itu melepas tembakan 'beberapa kali' ke arah sang polisi. Polisi lainnya yang ada di lokasi membalas tembakan pria itu, namun gagal menangkapnya dan dia kabur dengan otoped scooter.
Darmanin menyatakan bahwa polisi lainnya dan petugas darurat berupaya keras menyelamatkan nyawa polisi itu, namun tidak berhasil. Dia menyebut kematian polisi itu sebagai 'tragedi mengerikan'.
Disebutkan otoritas setempat bahwa polisi yang tewas itu berusia 36 tahun dan merupakan ayah dari dua anak.
Kematian polisi di Avignon ini membuat terkejut kalangan polisi Prancis, yang selama berbulan-bulan memperingatkan bahwa tindak kekerasan terkait narkoba yang sejak lama menyelimuti Marseille telah menyebar ke kota-kota lainnya, termasuk Avignon, Montpellier dan Perpignan. Marseille selama ini dikenal sebagai pusat perdagangan mariyuana dan kokain lintas-Mediterania.