Diketahui bahwa pertempuran antara militer Myanmar dan kelompok pemberontak etnis minoritas di wilayah terpencil utara Myanmar dan perbatasan timur negara itu semakin meningkat sejak kudeta militer terjadi pada 1 Februari, yang melengserkan pemerintahan Aung San Suu Kyi.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memperkirakan puluhan ribu warga sipil melarikan diri dari rumah masing-masing untuk menghindari pertempuran tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Unjuk rasa antikudeta juga masih berlanjut di berbagai wilayah Myanmar, dengan penindakan tegas masih dikerahkan oleh militer Myanmar. Pada Minggu (2/5) waktu setempat, pasukan keamanan Myanmar melepas tembakan ke arah demonstran dan menewaskan delapan orang.
Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik melaporkan militer Myanmar telah menewaskan sedikitnya 765 demonstran sejak kudeta terjadi.
(nvc/ita)