Otoritas Sri Lanka mengusir sebuah kapal yang terdaftar di Antigua, yang memasuki wilayah perairannya tanpa mengumumkan muatan kargo radioaktif yang dibawanya. Muatan kargo radioaktif itu diketahui bertujuan ke China.
Seperti dilansir AFP, Kamis (22/4/2021), Dewan Regulator Energi Atom Sri Lanka menyatakan bahwa kapal bernama MV BBC Naples itu diminta meninggalkan perairan negara tersebut setelah didapati membawa uranium hexafluoride di pelabuhan Hambantota, yang dikelola China, pada Selasa (20/4) malam.
"Kapal itu tidak mengumumkan muatan kargonya yang berbahaya -- uranium hexafluoride -- dan kami memutuskan untuk memerintahkan kapal itu meninggalkan perairan kami segera," tutur Direktur Jenderal Dewan Regulator Energi Atom Sri Lanka, Anil Ranjith, kepada AFP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapal tersebut diketahui berlayar dari Rotterdam, Belanda, dan memiliki tujuan ke China, tapi tidak diketahui secara spesifik tujuan akhirnya.
Lebih lanjut, Ranjith menyebut bahwa merupakan pelanggaran hukum untuk memasuki pelabuhan tanpa mengumumkan material berbahaya semacam itu. Uranium hexafluoride merupakan bahan kimia yang digunakan untuk memperkaya uranium, bahan bakar untuk pembangkit tenaga nuklir dan senjata nuklir.
Pemimpin oposisi Sri Lanka, Sajith Premadasa, menuntut dilakukannya penyelidikan terhadap insiden tersebut. Dia menyebutnya sebagai ancaman keamanan serius.
"Angkatan Laut belum diizinkan naik ke atas kapal untuk melakukan pemeriksaan," sebut Premadasa.
Tonton juga Video: Negara Tetangga Tolak Rencana Air Limbah Fukusima Dibuang ke Laut
Belum ada komentar resmi dari pemerintah Sri Lanka.
Pelabuhan Hambantota disewakan ke China tahun 2017 selama 99 tahun setelah pemerintah Sri Lanka tidak mampu membayar kembali dana US$ 1,4 juta yang dipinjamnya dari China untuk membangun pelabuhan itu.
Hambantota yang berlokasi sekitar 260 kilometer sebelah selatan Kolombo, berada di dekat jalur pelayaran utama Samudra Hindia.
Insiden ini terjadi setelah tahun 2014 lalu, dua kapal selam China masuk ke perairan Kolombo yang memicu kemarahan India, negara tetangga Sri Lanka. Sejak saat itu, otoritas Sri Lanka tidak mengizinkan kapal selam China mengunjungi perairannya.