Sedikitnya lima roket dilancarkan ke sebuah pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Irak pada Minggu (18/4) waktu setempat. Serangan roket itu melukai lima kontraktor dan tentara yang ada di pangkalan militer tersebut.
Seperti dilansir AFP, Senin (19/4/2021), seorang sumber keamanan setempat menuturkan kepada AFP bahwa dua roket di antaranya ditembakkan ke arah pangkalan udara Balad, sebelah utara ibu kota Baghdad, pada Minggu (18/4) waktu setempat.
Dua roket itu dilaporkan mengenai sebuah asrama dan sebuah kantin milik perusahaan AS, Sallyport yang ada di kompleks militer tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, disebutkan sumber keamanan tersebut bahwa dua kontraktor asing dan tiga tentara Irak mengalami luka-luka akibat serangan roket itu. Asal kewarganegaraan kontraktor asing yang menjadi korban luka-luka belum diketahui secara jelas.
Belum ada klaim dari pihak maupun kelompok tertentu terkait serangan roket tersebut.
Namun AS biasanya menyalahkan faksi-faksi Irak terkait Iran atas serangan-serangan terhadap tentara dan diplomatnya di negara tersebut.
Diketahui bahwa sejumlah jet tempur F-16 ditempatkan di pangkalan udara Balad, dan sejumlah perusahaan pemeliharaan memiliki kantor di sana, dengan mempekerjakan warga Iran dan staf-staf asing.
Sejak Presiden Joe Biden menjabat pada Januari lalu, tercatat sekitar 20 serangan bom atau roket menargetkan kepentingan-kepentingan AS di Irak, termasuk pangkalan-pangkalan militer yang menjadi markas tentara AS di negara tersebut.
Puluhan serangan lainnya terjadi selama musim gugur tahun 2019 saat AS masih dipimpin mantan Presiden Donald Trump. Dua warga AS dan seorang warga sipil Irak tewas dalam serangan semacam itu sejak akhir tahun 2019.
Pangkalan udara Balad juga menjadi target serangan pada awal bulan ini, namun dilaporkan tidak ada korban jiwa maupun korban luka.
Pada Februari lalu, belasan roket menargetkan kompleks militer di dalam bandara Arbil, Irak, yang juga digunakan sebagai markas tentara koalisi pimpinan AS. Serangan itu menewaskan seorang warga sipil Irak dan seorang kontraktor asing yang bekerja dengan tentara AS.
Serangan-serangan semacam itu terkadang diklaim oleh kelompok bersenjata Syiah yang beraliansi dengan Iran, yang menuntut pemerintahan Biden menetapkan tanggal penarikan tentara AS di Irak, seperti yang ditetapkan untuk Afghanistan.
Pekan lalu, otoritas AS menyatakan komitmen untuk menarik pasukan militer yang tersisa di Irak. Namun baik AS maupun Irak belum menetapkan kerangka waktu untuk penarikan tentara tersebut, yang akan menjadi penarikan tentara AS kedua sejak invasi ke Irak tahun 2003 silam yang melengserkan Saddam Hussein.