Penggunaan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson (J&J) ditunda sementara usai adanya laporan pembekuan darah di Amerika Serikat (AS). Selain AS, Afrika Selatan, dan Uni Eropa juga melakukan hal serupa.
Seperti dilansir AFP dan BBC, Rabu (14/4/2021) Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengungkap ada enam kasus pembekuan darah yang terdeteksi dari lebih dari 6,8 juta dosis vaksin Johnson & Johnson yang sudah diberikan.
"Satu kasus meninggal dunia, dan satu pasien lainnya dalam kondisi kritis," kata ilmuwan senior FDA, Peter Marks melalui panggilan telepon dengan wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FDA merekomendasikan jeda sementara "demi kehati-hatian".
Baca juga: Waduh! 15 Juta Vaksin Corona di AS Rusak |
Anne Schuchat, seorang pejabat senior di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), menambahkan bahwa risiko pembekuan darah bagi orang-orang yang telah menerima vaksin selama sebulan atau lebih cukup rendah. Sementara bagi yang baru saja menerima vaksin dalam beberapa minggu, mereka harus lebih waspada terkait gejala yang mungkin timbul.
"Bagi orang yang baru mendapat vaksin dalam beberapa minggu terakhir, mereka harus waspada terkait gejala yang mungkin muncul," katanya.
"Jika Anda telah menerima vaksin dan mengalami sakit kepala parah, sakit perut, sakit kaki, atau sesak napas, Anda harus menghubungi penyedia layanan kesehatan," tambahnya.
Mengikuti saran tersebut, semua situs federal di AS telah berhenti menggunakan vaksin sampai penyelidikan lebih lanjut tentang keamanannya selesai.
AS sejauh ini memiliki kasus COVID-19 yang paling tinggi- yakni lebih dari 31 juta - dengan lebih dari 562.000 kematian, tertinggi di dunia.
Simak Video: Vaksin Johnson & Johnson Dihentikan Sementara
Johnson & Johnson adalah perusahaan perawatan kesehatan AS, tetapi vaksinnya dikembangkan terutama oleh cabang farmasi di Belgia, yang juga dikenal sebagai Janssen.
Tidak seperti beberapa vaksin lainnya, suntikan ini diberikan satu kali dan dapat disimpan pada suhu lemari es normal, membuatnya lebih mudah untuk didistribusikan di iklim yang lebih panas atau daerah yang lebih terpencil.
Meski banyak negara telah memesan jutaan dosis di muka, vaksin ini hanya disetujui di beberapa negara.
Vaksin ini sudah diizinkan untuk digunakan di AS pada 27 Februari, tetapi vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna lebih banyak digunakan.
Vaksin J&J telah diberikan kepada hampir tujuh juta orang di AS, yaitu sekitar 3% dari total vaksinasi sejauh ini.
Dr Anthony Fauci, penasihat Covid di negara itu, mengatakan masih terlalu dini untuk berkomentar apakah otorisasi vaksin itu dapat dicabut. Johnson & Johnson juga telah menghentikan peluncuran di Uni Eropa, yang dimulai minggu ini.