Keluarga Tolak Penjelasan Polisi AS yang Tembak Mati Pria Kulit Hitam

Keluarga Tolak Penjelasan Polisi AS yang Tembak Mati Pria Kulit Hitam

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 14 Apr 2021 14:17 WIB
Daunte Wright, 20, died shortly after speaking with his mom. (Family Photo/WCCO via CNN)
Daunte Wright (Family Photo/WCCO via CNN)
Minnesota -

Keluarga Daunte Wright, pemuda kulit hitam di Minnesota, Amerika Serikat (AS), yang ditembak mati polisi menegaskan tidak bisa menerima penjelasan kepolisian yang menyebut penembakan fatal itu merupakan 'kecelakaan'.

Seperti dilansir CNN, Rabu (14/4/2021), Kepolisian Brooklyn Center sebelumnya menjelaskan bahwa seorang polisi wanita (polwan) salah mengira pistol yang dipegangnya sebagai taser (senjata kejut) saat bermaksud melumpuhkan Wright, yang kendaraannya dihentikan polisi karena nomor polisi (nopol) kedaluwarsa.

Rekaman bodycam yang terpasang pada polisi setempat menunjukkan Wright keluar dari mobilnya setelah kendaraannya dihentikan polisi pada Minggu (11/4) sore waktu setempat. Saat memeriksa identitasnya, polisi mendapati Wright memiliki surat perintah penangkapan luar biasa terkait dakwaan pelanggaran ringan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Polisi pun berupaya menahannya, namun dia meloloskan diri dari polisi yang berupaya memborgolnya. Pada saat itulah, seorang polisi lainnya bermaksud melumpuhkan Wright dengan taser, namun dia keliru menggunakan pistolnya.

Dalam rekaman bodycam terdengar bahwa polisi itu berteriak 'Taser!' sambil menembakkan pistol yang dipegangnya. Pada momen berikutnya terdengar polisi yang diidentifikasi bernama Kim Potter itu berteriak: "Ya ampun! Saya menembaknya!"

ADVERTISEMENT

Tembakan itu mengenai Wright yang sempat mengemudikan kendaraannya sebelum menabrak kendaraan lain. Pemuda berusia 20 tahun itu dinyatakan tewas seketika di lokasi kejadian. Penjelasan kepolisian soal polisi salah mengira pistol sebagai taser itu tidak bisa diterima oleh keluarga Wright.

"Saya tidak bisa menerima itu. Saya kehilangan putra saya. Dia tidak pernah kembali," tegas ayah Wright, Aubrey, kepada acara ABC 'Good Morning America'.

"Saya tidak bisa menerima kesalahan itu. Terdengar tidak beres. Anda tahu, polisi ini telah mengabdi pada kepolisian selama lebih dari 26 tahun. Saya tidak bisa menerima penjelasan itu," ujarnya.

Kasus ini tengah diselidiki oleh sebuah lembaga independen. Tidak diketahui secara jelas apakah Potter akan dijerat dakwaan. Potter telah mengajukan pengunduran dirinya dari kepolisian pada Selasa (13/4) waktu setempat. Kepala Kepolisian Brooklyn Center, Tim Gannon, juga mengundurkan diri terkait insiden ini.

Namun tampaknya hal itu tidak cukup untuk keluarga Wright. Ibunda Wright, Katie, menegaskan 'ingin melihat keadilan ditegakkan dan dia (Potter-red) dimintai pertanggungjawaban atas semua yang dia renggut dari kita'.

Seruan senada disampaikan oleh bibi Wright, Naisha, yang seperti dilansir NPR, menyebut pengunduran diri Potter 'bagus' tapi dia berharap lebih dari itu.

"Jebloskan dia (Potter-red) ke penjara, seperti yang akan mereka lakukan kepada salah satu dari kami. Mereka akan memasukkan kita ke sel penjara. Itu bukan 'kecelakaan'. Itu pembunuhan," tegasnya.

Insiden yang menimpa Wright ini terjadi di negara bagian yang sama dengan kasus kematian George Floyd pada Mei tahun lalu. Floyd tewas setelah lehernya ditindih oleh lutut polisi selama lebih dari 9 menit saat dia ditahan terkait uang palsu di minimarket setempat.

Keluarga Floyd menemui keluarga Wright yang berkumpul di luar gedung pengadilan Minneapolis, tempat persidangan kasus Floyd digelar. Saudara Floyd, Philonise, menuturkan kepada keluarga Wright bahwa 'kami akan mendukung Anda'.

"Dunia mengalami trauma, melihat seorang pria Afrika-Amerika lainnya dibunuh," ucapnya. "Saya terbangun di pagi hari dengan pikiran ini. Saya tidak ingin melihat korban lainnya. Inilah saatnya untuk perubahan, dan saatnya adalah sekarang," imbuhnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads