Polisi wanita (polwan) Amerika Serikat yang menembak mati seorang pria kulit hitam di sebuah kota pinggiran di Minnesota, mengundurkan diri pada hari Selasa (13/4) waktu setempat. Pengunduran diri juga dilakukan kepala polisi kota tersebut.
Pengunduran diri itu dilakukan menyusul protes dua malam di kota berpenduduk 30.000 orang, hanya beberapa kilometer dari Minneapolis, kota tempat George Floyd dibunuh oleh polisi bernama Derek Chauvin pada Mei lalu.
Pengunduran diri polwan bernama Kim Potter dan Kepala Polisi Tim Gannon terjadi dua hari setelah kematian Daunte Wright yang berusia 20 tahun di Brooklyn Center.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir Associated Press dan Channel News Asia, Rabu (14/4/2021), dalam satu paragraf surat pengunduran dirinya, Potter menuliskan, "Saya senang setiap menit menjadi petugas polisi dan melayani komunitas ini dengan kemampuan terbaik saya, tetapi saya percaya itu demi kepentingan terbaik saya, komunitas, departemen, dan sesama petugas jika saya segera mengundurkan diri."
Potter, seorang polisi kulit putih yang telah mengabdi selama 26 tahun, telah mengambil cuti administratif setelah penembakan pada hari Minggu (11/4) waktu setempat tersebut. Wali Kota Brooklyn Center Mike Elliott mengatakan dia "menghargai" bahwa Potter mengajukan pengunduran dirinya tetapi dia tidak memintanya atau menerimanya. Belum jelas apa artinya itu.
Keputusan apakah jaksa akan menuntut Potter bisa diambil secepatnya pada hari Rabu (14/4) waktu setempat.
Gannon mengatakan dia yakin Potter secara keliru mengambil senjata apinya ketika dia akan mengambil Taser-nya. Dia dapat didengar di video kamera tubuhnya meneriakkan "Taser! Taser!"
Namun, pengunjuk rasa dan anggota keluarga Wright mengatakan tidak ada alasan untuk penembakan itu, dan itu menunjukkan bagaimana sistem peradilan berat sebelah terhadap warga kulit hitam.