Otoritas Australia melaporkan bahwa satu orang lagi didiagnosis mengalami pembekuan darah setelah menerima suntikan vaksin virus Corona (COVID-19) buatan AstraZeneca. Kasus pembekuan darah pertama dilaporkan di Melbourne pada awal bulan ini.
Seperti dilansir Reuters dan ABC, Selasa (13/4/2021), kasus pembekuan darah kedua ini dialami seorang wanita berusia 40-an tahun yang disuntik vaksin AstraZeneca di Australia Barat.
Regulator obat-obatan dan terapi Australia, Therapeutic Goods Administration (TGA), dalam pernyataannya menyebut wanita itu kini tengah menerima perawatan medis di rumah sakit setempat dan kondisinya stabil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan bahwa panel pakar TGA menggelar rapat semalam dan mendapati kasus pembekuan darah itu mirip dengan kasus-kasus di Eropa dan Inggris, karena mencakup pembekuan darah signifikan di pembuluh darah dan jumlah trombositnya rendah.
TGA menilai kasus pembekuan darah kedua ini kemungkinan ada kaitannya dengan vaksin yang diterimanya.
Kekhawatiran soal kasus semacam ini membuat pemerintah federal Australia, pekan lalu, merevisi penggunaan vaksin AstraZeneca. Vaksin Pfizer-BioNTech kini menjadi vaksin yang direkomendasikan untuk warga Australia yang berusia 50 tahun ke bawah.
Namun demikian, otoritas Australia menegaskan vaksin AstraZeneca masih aman untuk digunakan.
Kasus pembekuan darah usai disuntik vaksin AstraZeneca pertama kali ditemukan pada seorang pria di Melbourne pada awal bulan ini. Pria itu mengalami pembekuan darah dalam waktu semalam usai menerima suntikan vaksin AstraZeneca.
Pekan ini, otoritas Australia membatalkan target vaksinasi yang ditetapkan hingga akhir tahun ini, setelah regulator obat-obatan Eropa menyatakan adanya keterkaitan antara kasus pembekuan darah yang langka di kalangan warga dewasa dengan suntikan vaksin Corona yang mereka terima.
Hal tersebut membuat otoritas Australia merekomendasikan warga yang berusia di bawah 50 tahun untuk menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech. Kebijakan ini mengacaukan target vaksinasi Australia yang sebelumnya sangat bergantung pada vaksin AstraZeneca.
Sebagai penyesuaian, otoritas Australia pun menggandakan pesanan vaksin Pfizer-BioNTech menjadi 40 juta dosis.