Kaum muda Myanmar melakukan cara unik untuk memprotes pemadaman internet dan penindasan informasi yang dilakukan junta militer. Mereka menyebarkan buletin cetak secara diam-diam dan mendistribusikannya ke seluruh komunitas.
Seperti dilansir AFP, Senin (12/4/2021), menurut kelompok pemantau internet, NetBlocks, Myanmar telah menghadapi pemadaman akses internet selama 56 hari berturut-turut.
Pelopor penyebaran buletin rahasia itu, Lynn Thant -- bukan nama sebenarnya, memberikan nama buletin 'Molotov' untuk menarik kaum muda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah tanggapan kami terhadap mereka yang memperlambat arus informasi - dan itu merupakan ancaman bagi kami," katanya kepada AFP.
Ribuan pembaca di seluruh Myanmar mengunduh versi PDF dari publikasi tersebut dan mencetak serta mendistribusikan salinan fisiknya ke seluruh lingkungan di Yangon dan Mandalay serta daerah lain.
Lynn Thant sadar akan risiko yang akan dia dapatkan jika terlibat dalam praktik ini.
"Jika kita menulis literatur revolusioner dan mendistribusikannya seperti ini, kita bisa berakhir di penjara selama bertahun-tahun," katanya, dengan menampilkan wajah yang ditutupi salah satu topeng Guy Fawkes yang dipopulerkan oleh film distopia 'V for Vendetta'.
"Bahkan jika salah satu dari kita ditangkap, ada anak muda yang akan terus memproduksi buletin Molotov. Bahkan jika salah satu dari kita terbunuh, orang lain akan muncul ketika seseorang jatuh. Buletin Molotov ini akan terus ada hingga revolusi berhasil," imbuhnya.
Simak video 'Detik-detik Seorang Demonstran Diburu-Ditembaki Aparat Myanmar':
Lebih lanjut, Lynn menyebut publikasi tersebut telah menjangkau lebih dari 30.000 orang di Facebook, dengan kebanyakan dibaca oleh para aktivis Generasi Z atau milenial.
Myanmar telah lama hidup di bawah kekuasaan militer selama 49 tahun, sebelum beralih ke demokrasi pada 2011.
Negara ini memiliki sejarah panjang publikasi bawah tanah yang berusaha menghindari penindasan junta.
Sejumlah media independen berada di bawah ancaman, dengan 64 jurnalis ditangkap sejak kudeta dan 33 masih ditahan. Junta militer juga mencabut izin lima media.