Gunung api La Soufriere yang ada di Pulau St Vincent, Karibia bagian timur, mengalami erupsi pada Jumat (9/4) waktu setempat setelah bertahun-tahun tidak aktif. Erupsi ini memicu kepulan asap pekat dan abu vulkanis ke udara, yang memaksa ribuan orang yang tinggal di sekitar gunung untuk mengungsi.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (10/4/2021), tidak aktif sejak tahun 1979 silam Gunung La Soufriere mulai menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanis pada Desember tahun lalu dengan mengeluarkan uap dan asap serta bunyi gemuruh.
Aktivitas itu semakin memuncak pada pekan ini, yang mendorong Perdana Menteri St Vincent and Grenadines, Ralph Gonsalves, memerintahkan evakuasi untuk daerah di sekitar gunung tersebut pada Kamis (8/4) malam waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Jumat (9/4) pagi waktu setempat, Gunung La Soufriere akhirnya erupsi. Saksi mata menuturkan kepada Reuters bahwa abu dan asap pekat menyelimuti area-area di sekitar gunung hingga nyaris memicu kegelapan total, menutupi matahari pagi yang cerah.
Saksi mata ini juga mengaku mendengar suara ledakan dari desa Rose Hall, yang ada di dekat gunung.
Direktur Pusat Penelitian Seismik Universitas Hindia Barat, Erouscilla Joseph, menuturkan kepada Reuters bahwa ledakan-ledakan lebih kecil terus berlanjut sepanjang hari. Aktivitas semacam ini diperkirakan akan berlanjut selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
"Ini baru permulaannya," sebut Joseph.
Simak Video: Gunung La Soufriere St. Vincent Meletus
St Vincent and Grenadines yang memiliki populasi lebih dari 100 ribu jiwa, belum pernah mengalami situasi gunung erupsi semacam ini sejak tahun 1979 silam. Sementara itu, letusan Gunung La Soufriere tahun 1902 silam menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Pusat Penelitian Seismik Universitas Hindia Barat dalam peringatannya via Twitter menyebut kolom erupsi gunung ini diperkirakan mencapai ketinggian 10 kilometer. Hujan abu akibat erupsi Gunung La Soufriere ini juga diperkirakan akan berdampak ke Grenadines, Barbados, St Lucia dan Grenada.
"Abu bisa memicu penundaan penerbangan akibat gangguan jarak pandang. Di daratan, abu bisa memicu rasa tidak nyaman pada orang-orang yang mengalami gangguan pernapasan dan akan berdampak pada sumber daya air," sebut pusat penelitian tersebut.
Presiden Gonsalves dalam konferensi pers menuturkan bahwa sekitar 4.500 warga yang tinggal di dekat gunung tersebut telah dievakuasi dengan kapal dan via jalur darat. Namun menurut Organisasi Penanggulangan Darurat Bencana St Vincent, upaya evakuasi dihentikan karena jarak pandang yang buruk akibat hujan abu.
Gonsalves menambahkan bahwa merujuk pada tingkat kerusakan, dibutuhkan waktu hingga empat bulan hingga warga yang mengungsi bisa kembali ke rumah masing-masing.